Against Myself

  • Bagikan

Kini saatnya telah tiba. Seleksi dilaksanakan di aula sekolah, dan disaksikan oleh siswa dan guru. Saat ini aku hanya bisa berdoa dan pasrah dengan apa yang akan kualami. Setidaknya aku telah berusaha semaksimal mungkin.“Fahilya Azzahra.”Begitu namaku disebut, aula sekolah langsung diselimuti keheningan. Aku berjalan ke depan penonton dengan ekspresi tegang. Tak hentinya aku mengucap doa dalam hati sambil menutup mata.“Lawan rasa takutmu. Kamu pasti bisa.”“Bismillahirrahmanirrahim…” Ucapku dalam hati.

Melihat nama yang tercantum di mading sekolah membuatku cukup kecewa dan tertunduk malu. Namun, tak lama kemudian, seseorang menepuk pundakku dari belakang.

“Kecewa boleh. Tapi jangan sampai terpuruk dengan ini. Karena kamu sudah berusaha. Ibu yakin pasti akan ada saatnya kamu bisa bersinar dengan bakatmu. Kamu punya bakat terpendam yang jarang disadari. Walaupun kemarin kamu masih kelihatan kaku di atas panggung, tapi kamu sudah melakukan hal yang berbeda dibanding peserta lain. Hanya saja kepercayaan dirimu yang perlu diasah.”

Mendengar perkataan bu Ima yang panjang lebar, aku merasa sedikit lega. Mungkin benar saat ini bukan rejekiku, namun siapa tahu skenario indah menyapaku di kemudian hari, berkat usahaku.

Yap. Ini memang hanya kisah tentang diri sendiri, dan bukan suatu perjuangan yang dapat mengubah dunia. Namun, dari situlah kita bisa mengubah dunia.Jika aku tidak mencoba untuk melawan rasa takutku, aku mungkin tidak akan mengetahui bakat terpendam yang aku miliki. Jika seseorang tidak berani mencoba dan langsung menyerah, dia mungkin tidak akan tahu bagaimana yang akan terjadi jika ia bersikap gigih. Dan semua itu dimulai dari bagaimana kita mampu melawan ego kita, dan menumbuhkan sikap percaya pada diri sendiri bahwa kita bisa melakukannya.(*)

  • Bagikan