KEKER.FAJAR.CO.ID – “Suara aneh selalu bergumam di sekitarku, apakah itu kakek Bedu??” Tanyaku dalam hati setiap malam.
Aku, surya, anak pak Jarot, Camat di Kecamatan Segitiga. Bapakku orang yang tegas, semua orang segan padanya. Ya begitulah orang penting. Tapi, aku tak peduli jika ia jarang memperhatikan keluarga, yang pasti aku sebagai anaknya juga disegani warga.
“Woyyy, Surya bisa nggak kamu ambil mangga itu?” tantang Budi.
“Hehhh, kamu pikir aku ini siapa, tentu bisa!” kataku lantang.
Sebuah rumah yang agak berdekatan dengan hutan dihuni oleh seorang kakek menakutkan. Di sekitaran rumahnya itu terdapat pohon mangga yang lebat dengan buah mangganya yang masak. Setiap musim mangga, aku dan teman-temanku saling tantang untuk mendapatkan mangga termanis.
“Wahh, Surya kamu memang selalu dapat mangga termanis,” kata Pian sambil memakan mangga yang berhasil kupetik.
“Lah iya, kamu tahu kan aku siapa,” jawabku angkuh.
“Liat aja lain kali aku juga bisa dapat mangga termanis” ujar Budi.
Ya, aku berteman baik dengan Budi dan Pian. Kedua sahabatku ini sudah seperti keluarga.Tapi kadang menjengkelkan jika mereka memberikan tantangan yang terkesan meremehkanku.
Di suatu hari terdengar kabar bahwa Kakek Bedu menghilang dan dinyatakan meninggal. Awalnya aku kaget, tapi menurutku namanya ajal mau diapa.
Kebiasaanku memetik mangga kakek Bedu terus berlanjut, yah siapa yang bakalan mengabaikan mangga manis dan berisi itu.
Suatu waktu, aku pergi sendiri tanpa Budi dan Pian. Seperti orang ngidam, aku mengambil beberapa mangga Kakek Bedu dan memakannya di bawah pohon mangga itu.
“hhhheeeehmmm, hoook…. hookk…” seketika suara ini muncul bersama dengan seseorang.
Aku berbalik dan seketikan kaget dan lari ketakutan karena sosok yang kulihat mirip dengan Almarhum Kakek Bedu.
Semenjak hari itu, suara aneh terus bernyanyi di pikiranku. Saat malam hari aku ketakutan. Suara itu selalu saja muncul.
Keesokan harinya di sekolah, aku mengajak Budi dan Pian rapat darurat.
“Sepertinya… Ka… kakek Bedu akan menghukum kita semua, karena… ,” kataku terbata.
“Bicara apa sih kamu Surya,” Budi memotong pembicaraanku.
“Kenapa kita dihukum, lagian Kakek Bedu itu sudah tidak ada,” lanjut Budi.
“Aku digentayangi sama Kakek Bedu,” kataku panik.
“Ini salah kamu Budi, karena selalu menantang Surya untuk ambil mangga tanpa sepengetahuan Kakek Bedu,” terang Pian.
“Loh, kenapa baru sekarang nyalahin orang, kita sama-sama makan mangganya kok,” kata Budi.