“Rumah penduduk di sini lucu di’, dapurnya berada di depan dan ruang tamunya di belakang.” Ungkap Arif.
“Iyaa, jadi dulu itu, pada zaman perang penjajahan belanda, prajurit kajang sering masuk ke rumah penduduk untuk cari makan itulah sebabnya dapur dan tempat buang air kecilnya di tempatkan di depan rumah dan dengan itu juga rumah melambangkan kesederhanaan, dan mau menunjukkan apa adanya. Masyarakat di sini percaya bahwa bumi ini adalah warisan dari nenek moyang. Oleh karena itu, anak cucunya harus mendapatkan warisan tersebut dengan keadaan yang sama”, jelas Lina.
“Ooiye kekamar mandika dulu “ izin Arif .Selepas dari kamar mandi, tiba tiba ibu Lina menghampiri Arif dan berkata “ kau suka anakku? heh, ingatko nah! di sini, kita tidak membolehkan akan gadis kami menikah dengan orang di luar suku kajang. Kalau tidak,Lina harus meninggalkan kawasan kajang. Dan saya tidak mau kalau Lina meninggalkan kajang hanya karna kau. Saya minta jauhimi anakku, karna tidak mungkinko bersama dan kalau memang kau sayang lina pasti kau tidak akan biarkan lina bersedih karena pisah dengan keluarganya di kajang”.
Mendengar itu Arif mengeluarkan nafas panjang. Keesokan harinya Arif meninggalkan rumah Lina.
“Arif, mauki ke mana?””Minta maafka Lina, mungkin Tuhan mempertemukan kita hanya untuk saling mengenal bukan berjodoh”.“Apa maksudta Arif?”“ Lina? Tidak mungkinki bersama kebudayaanmu dan kebudayaanku berbeda dan kita berdua juga sebenarnya berbeda tapi kita yang selalu memaksakan diri untuk sama-sama padahal tidak bisaki sama. Minta maafka, kalau apa yang kulakukan ini menyakiti hatimu tapi ini yang terbaik. Tidak bisaka juga ikuti kebudayaan kajang yang jauh dari teknologi. Terimakasih Lina atas semuanya.”
Mendengar itu Lina hanya bisa menangis.
Arif datang kerumahnya dengan wajah yang penuh penyesalan. Tetapi orang tua Arif memaafkan Arif karena mereka yakin Arif tidak akan sanggup meninggalkan Tana beru. Pagi yang bahagia itu kembali datang. Arif hanya ingin berusaha melupakan kejadian kemarin bersama Lina.
Berjalan-jalan di tepi pulau membuat Arif kembali menemukan jati dirinya. Semua keadaan dan keindahan Tana beru membuat Arif sadar bahwa apapun yang terjadi adalah kehendak Tuhan Yang Maha Esa dan semua itu pasti ada hikmahnya yaitu Arif bisa lebih tau apa dan bagaimana kajang itu . kita juga tidak boleh lupa tentang kebudayaan yang ada di kampung kita dan soal cintaku pada lina, biarlah pergi bersama kapal phinisi yang berlayar, biarlah pergi bersama angin tana beru.
”Aku menyayanginya, maka aku tidak ingin dia merasakan kehilangan orang yang dia sayang yaitu keluarganya di kajang seperti yang saya rasakan saat kehilangan dia,” ungkap Arif.
Syahra Syahrani Syahrir(SMAN 5 Makassar)IG: @syahrasyahranii