[Cerpen] Guruku Pahlawanku

  • Bagikan
Dok. Pribadi/Jacinta

Ruangan itu kini sangat menyeramkan bagi Saga dan teman-temannya. Bukan sekali dua kali orang tua mereka dipanggil, tapi entah kali ini rasanya lebih menakutkan dibanding sebelum hari ini.

“Kamu kenapa tidur saat pembelajaran?” Sukses, suara terseram ayah Saga keluar. Saga meneguk ludahnya, mulutnya mendadak kelu, tidak ingin diajak berkompromi untuk mengeluarkan berbagai alasan.

“Kalau ayah tanya, JAWAB!”bentakan itu membuat nyali Saga semakin menciut. Wajahnya hanya bisa ia tundukkan dengan dalam. Saga memang adalah anak yang nakal, namun jika berhadapan dengan ayah atau pun bunda, segala sifat melawannya hilang. Dia paling tidak bisa menampilkan dirinya yang di sekolah di hadapan kedua orang yang melahirkannya. Cukup mereka tahu, tanpa pernah melihat.

Ibu Aron meraih tangan Bu Siska, mengucapkan beribu kalimat permintaan maaf. Bu Siska tersenyum canggung mendapatkan perlakuan tersebut. “Bu, pak, saya selaku guru mewakilkan sekolah, meminta maaf jika bapak dan ibu kecewa karena anak kalian tidak berhasil kami didik dengan baik. Ini sepenuhnya bukan salah murid, tentu saja ada peran guru di dalamnya yang salah mendidik. Terima kasih telah memercayakan mereka kepada sekolah ini, kami akan berusaha untuk membuat para siswa di sini menjadi insan yang berakhlak baik dan juga menjadi sukses di masa depan nanti.”kalimat panjang Bu Siska membuat Saga, Gilang, dan Aron merasa bersalah. Benar kata kepala sekolah mereka, Bu Siska adalah guru yang pas menjadi guru BK.

“Saga, Gilang, Aron, ibu minta maaf jika memang ada sikap ibu yang membuat kalian tidak menyukai ibu. Kalian ingin tahu alasan ibu tidak pernah mengeluarkan para murid?” Pertanyaan Bu Siska dijawab dengan gelengan kepala ketiganya, “Karena ibu yakin, semua manusia bisa berubah. Tentunya kalian juga. Ibu tidak ingin menjadi guru yang bersikap tidak adil kepada murid yang kurang pintar atau tidak baik dalam berperilaku. Tetapi, ibu ingin menjadi guru yang adil dan yakin bahwa nanti kalian akan berubah. Sebenarnya kalian itu pintar, baik, mungkin memang ada beberapa faktor yang menyebabkan kalian seperti ini. Jika salah satunya itu karena para guru, sekali lagi ibu mengatakan maaf.”lanjut Bu Siska.

Kini, ketiga murid itu tersadar, bahwa Bu Siska adalah guru yang benar-benar guru. Mungkin saja masih banyak guru yang seperti Bu Siska, hanya prasangka mereka saja selama ini yang berpikir guru itu hanya ingin dapat uang karena mengajar. Ternyata, mereka salah besar. Guru itu tulus. Mereka dengan sepenuh hati rela memberi mereka pengajaran yang terbaik versi mereka.“Bu, terima kasih telah menjadi pahlawan di sekolah untuk kami selama ini.”ujar Saga tulus dari hati.“Aron juga bu, makasih banget. Besok-besok Aron rajin belajar deh. Serius!”janji Aron dengan mengangkat jari telunjuk dan tengahnya di tangan kanan.“Saya juga bu, pengen bilang makasih. Pahlawan kami memang the best dah.”Gilang pun berkicau, tak mau kalah dengan temannya yang lain.

Bu Siska terharu melihat pemandangan itu. Muridnya telah berubah, ada sebuah kebahagiaan tersendiri yang ia rasakan. Benar kata banyak orang, sebuah kesabaran hasilnya pasti akan berbuah manis.(*)

Nama : Jacinta Arkana Shafiqah JasmanAsal Sekolah : SMPIT Ar-RahmahIG :@jacintaarkanaa

  • Bagikan