[Cerpen] Hujan Bulan Juni

  • Bagikan
Dok.Pribadi/Nurul Fahmi

“Senja, makasih ya, udah ngantarin aku,” kata Fajar.”Kita kan teman, sudah seharusnya aku ngantarin kamu. Oh iya, ini.” Senja mengeluarkan sebuah buku dari tasnya. “Mungkin kamu udah punya buku ini, tapi aku harap saat kamu melihat atau membaca buku ini, kamu bisa ingat sama aku.”

Fajar memperhatikan buku yang baru saja ia terima. Hujan Bulan Juni. Sosok yang mempertemukan mereka berdua. Fajar tersenyum dan kembali mengucap terima kasih.

Setelah itu, Fajar pamit dengan orang tuanya dan Senja. Bayangan Fajar kemudian hilang dari pintu keberangkatan. Senja berusaha tegar. Ia tak ingin ada air mata yang jatuh.

Baru saja ingin berpamitan dengan orang tua Fajar, hujan mengguyur. Sontak, Senja menangis. Ia sudah tak dapat menahan air matanya. Semua kenangannya bersama Fajar selama tiga tahun terputar di kepalanya. Hujan bulan Juni yang menjadi saksi pertemuannya, justru ikut menjadi saksi perpisahannya dengan Fajar.

Sekarang, Senja jadi bingung ingin membenci atau berterima kasih kepada sosok yang selalu diagungkan Fajar itu. Tapi ada satu yang pasti. Senja akan selalu menunggu datangnya hujan bulan Juni di mana dirinya dan Fajar akan kembali bersatu. Dan di saat itu tiba, Senja akan menyatakan perasaannya.(*)

Data PenulisNurul FahmiSMAN 21 MakassarIG: @nurulfahmib

  • Bagikan