[Cerpen] Reno Kena Pamali

  • Bagikan
Dok.Pribadi/Nurfadillah Ham

“Hoyy ayo pulang ke rumah udah sore.. Dasar anak nakal…”

Bukannya berhenti, kami justru lebih mempercepat langkah sambil tertawa kecil. Tidak peduli meski nenek di belakang berceloteh. Kami tetap berlari ke gunung. Mengingatnya membuatku sedikit geli tapi rindu. Rindu desa hijau itu. Rindu nenek. Rindu segala keseruan bersama Reno. Sudah lama aku tidak berkunjung. Terlalu sibuk kuliah di ibu kota negara.


Aku sering bertanya-tanya, Kenapa anak-anak dilarang keluar sore dan Poppo itu apa ? Sekarang aku dapat jawabannya.

“Poppo adalah makhluk gaib yang kerjanya menyembunyikan anak-anak yang suka berkeliaran di luar rumah pada sore hari,” jelas ayah.

Hari itu, kami menyusuri kebun dan melewati senja di atas gunung dan baru beranjak pulang usai langit gelap. Untungnya, cahaya bulan terang menyinari jalan. Meski tetap ada senter yang kami bawa. Awalnya, saat menuruni gunung, aku masih bersama Reno. Tapi, begitu sampai di kaki gunung, aku baru menyadari kalau Reno menghilang.

Besoknya, orang-orang sekampung ramai akan berita hilangnya Reno. Mereka berbondong-bondong menuju gunung mencari Reno. Alhasil, tidak ada yang menemukan. Menjelang sore, pencarian belum usai. Tiba-tiba, Paman Fir datang dengan mengendarai motor dari arah timur jalan menuju air terjun di pegunungan lebih tinggi.

Benar-benar tidak ada yang menyangka alasan kedatangan paman Fir. Dia datang mengantar anak yang telah membuat risau seluruh warga. Tapi, pertanyaannya, bagaimana bisa?

“Dia saya temukan di atas pohon kelapa di belakang rumah. Pardi anak paman Fir, yang kemudian memanjat untuk menurunkannya. Saya lalu bertanya kenapa dia bisa sampai di atas pohon. Tapi, Reno bilang, ada sesosok makhluk aneh yang hitam yang menangkapnya di gunung kemudian membekap lalu membawanya ke atas pohon. Reno bilang dia ingin sekali berteriak tapi tidak bisa. Sekujur tubuhnya seperti terkunci. Banyak orang yang lewat tapi tidak ada yang melihatnya di atas pohon itu. Barulah saat makhluk hitam itu pergi, saya lewat dan melihatnya seperti orang tersiksa di atas pohon kelapa.”

Nenek datang lalu menegaskan, “Masih mau melanggar pamali?”(*)

  • Bagikan