KEKER.FAJAR.CO.ID – Seekor jerapah yang baru beranjak dewasa sedang makan di tengah padang rumput. Namanya Edo. Dia sangat tinggi.
Karena lehernya paling panjang, Edo menjadi sombong. Dia sering mengajak teman-temannya untuk lomba makan daun-daun di pohon yang dahannya sangat tinggi.
Berkali-kali Edo memenangi perlombaan makan daun dari puncak pohon. Hal itu membuatnya semakin sombong. Dia merasa sebagai hewan yang paling hebat di kawasan padang rumput itu. Dia tidak menghormati para jerapah yang sudah tua. Bahkan sering mengejek mereka dengan sebutan “leher bengkok”.
Pada suatu hari seekor jerapah tua minta tolong kepada Edo.
“Nak, tolong ambilkan nenek daun yang segar di ranting ujung pohon itu. Nenek sangat ingin makan daun-daun yang masih muda, hijau, lunak, dan segar. Nenek tidak bisa menjangkau sampai ke ujung pohon itu. Tolong ya, nak Edo,” kata jerapah tua itu.
“Aduh, nenek jerapah, nenek sudah tua, jangan minta yang macam-macam. Makan saja daun yang bisa nenek jangkau sendiri. Salah sendiri tidak bisa ambil daun di pucuk pohon!,” ketus Edo.
Melihat kelakuan Edo seperti itu, nenek jerapah pun pergi dengan kecewa. Kesombongan Edo juga muncul ketika seekor anak burung terjatuh saat sedang belajar terbang. Burung kecil itu tersangkut di dahan pohon paling ujung. Edo menolak permintaan teman-temannya untuk menolong si burung kecil itu. Dia pergi meninggalkan anak burung yang tersangkut itu.
Pada hari selanjutnya, ketika Edo berjalan sendiri di padang rumput dengan leher tegak lurus ke atas dan kepala terangkat, dia berhenti. Tanpa sadar menginjak gundukan yang ternyata adalah seekor kura-kura tua. Si kakek kura-kura berusaha keras mengangkat tubuhnya dan berjalan maju selangkah agar Edo merasa jika kakinya menginjak seekor kura-kura. Ketika Edo mengetahui bahwa ada seekor kura-kura tua yang terinjak kakinya, ia malah tidak bereaksi untuk minta maaf.
“Dasar kura-kura tua, aku jadi mau terjatuh kerena menginjak kamu,” marah Edo.