Saking kesalnya, Edo menendang tempurung kakek kura-kura. Sehingga sang kakek kura-kura itu terlempar. Namun kakek kura-kura tidak marah.
“Anak muda, janganlah kamu sombong. Kamu masih muda, tubuhmu masih kuat, sebaiknya sayangilah sesama makhluk hidup ciptaan-Nya. Suatu hari nanti, kamu juga akan menjadi tua dan pasti akan banyak yang lebih hebat dan kuat daripada kamu,” ucap sang kakek kura-kura.
Tidak lama kemudian, awan mendung pun datang. Namun Edo tidak bergegas pergi meninggalkan padang rumput yang hendak diguyur hujan. Dia masih ingin menunjukkan kesombongannya kepada kakek kura-kura dengan melenggang santai sambil membandingkan dirinya dengan si kura-kura yang pendek dan lambat berjalan itu.
Karena hujan deras dan tiupan angin kencang, Edo tiba-tiba ambruk dan terjatuh ke tanah. Adapun kepala kakek kura-kura aman dalam tempurungnya karena tidak kehujanan dan terhindar dari petir yang menyambar padang rumput. Si kakek kura-kura dengan langkah pelan mendekati Edo.
“Kamu tidak apa-apa, anak muda? Bangunlah, kenapa diam dan bengong tersungkur di tanah?,” tanya sang kakek kura-kura.
“Kakek kura-kura, aku takut. Maafkan aku karena sudah menginjak tubuhmu. Walaupun kakek kura-kura sudah tua, tetapi tetap kuat. Tempurungmu mampu menopang berat badanku ini. Maafkan aku sudah menendangmu. Aku berjanji tidak akan menjadi anak yang sombong lagi. Aku akan menolong sesama makhluk ciptaan-Nya.”
Kakek tua tersenyum mendengar perkataan Edo. Dia sangat senang karena Edo, si jerapah jangkung, sudah menyadari bahwa sifat sombong itu tidak ada gunanya. (*)