KEKER.FAJAR.CO.ID – Namanya Tama, seorang siswa kelas 10 SMA yang baru saja bergabung dengan grup band sekolah yang terkenal. Dia tidak pintar, orang tuanya juga tidak kaya, hidup dalam golongan menengah tidak menjadikan Tama pandai mengatur keuangannya.
Setiap bulan diberi jajan yang sama dengan para saudaranya, walau Tama menyadari bahwa keperluan mereka tentu berbeda beda, tapi dia tetap bersyukur, diberi uang yang cukup untuk sebulan. Sampai di waktu ketika dia bergabung dalam grup band di mana rata rata dari mereka adalah anak dari kalangan atas, mengakibatkannya gampang membuang-buang uang.
Harusnya Tama menyadari, bahwa jumlah uang yang diberikan mereka saja sudah berbeda, namun semakin ke sini semakin dia mulai lupa diri, mengikuti mereka-mereka yang membeli tanpa berpikir. Uang yang seharusnya Tama tabung, malah dibelanjakan hal tidak berguna demi memenuhi hasrat keinginannya.
Puas? tentu, Tama puas sekali usai membeli dan menghabiskan uang, melihat, dan memuji barangnya berkali-kali. Padahal hanya seminggu saja dipakainya, lalu ia telantarkan begitu saja dengan alasan bosan atau ada hal baru yang lebih menarik.
Tama sudah memiliki tiga gitar dari merk berbeda, padahal mereka sama kegunaannya. Sama-sama gitar akustik biasa, hanya saja dengan model dan warna yang berbeda. Dia puas? Tentu tidak, musim panas ini adalah jadwal mereka band di acara yang dibuat oleh OSIS.
Suara petikan gitar Tama terasa tidak mengetuk telinga, seharusnya dia membawanya ke tempat perbaikan. Tapi karena model terbaru sudah diluncurkan, dia beralasan dalam hatinya bahwa gitar sebelumnya itu rusak. Dia mencari di web dan situs penjualan, harga barang yang diinginkannya terlampau mahal, Tama melirik tabungannya. Sudah menipis!
Tapi demi sebuah gitar baru yang menarik perhatiannya seakan ingin dibeli, juga karena faktor gengsi, teman-teman satu bandnya baru saja membeli bass baru, Tama akhirnya memaksakan kehendak. Membeli barang semaunya, walau dia was-was karena tabungannya sudah habis sepenuhnya.
Ketika barang itu berstatus dikemas, Tama sempat menghibur diri dengan mengatakan, bahwa uang bisa datang kembali, terlebih uang bulanan memang rutin diberikan jika awal bulan dengan jumlah yang sama, jadi dia meninggalkan komputernya dan pergi keluar kamar, menghapus segala pikiran tentang uangnya yang sudah habis total.
Tiga hari berlalu, dan gitar Tama masih dalam pengiriman. Sore itu suasana rumah seperti biasa, ibu menyiram tanaman dan para saudaranya berada di dalam rumah. Tama duduk di kursi memandangi televisi, mereka makan seperti biasa, namun perubahan sikan ayah dan semburat was-was di wajah ibu membuat Tama jelas bingung dengan situasinya.