“Maak,,,kenapa tidak beli mobil saja sih? Kan susah mak kalau kita mau ke rumah abangku di kota,”tanyaku mengeluh pada mama.“Mmm,, susah kenapa?” Jawabnya.“Ya susah mak, kita kan sering ke kota, tiap ke rumah abangku barang mamak banyak sekali, isi kebun pun mama angkat semua kedalam mobil, tidak enak kitanya mak begitu, kan mobil sewa, mobil orang kita pakai. Enaklah kalau mobil sendiri, bisa puas bawa barang ke dalam mobil, ongkosnya pun tidak mahal,,ck,,abangku pun susah kalau diajak beli mobil.”“Hah,,punya motor itu saja sudah cukup Lindi, banyak orang di luar sana pengen beli motor tapi beli beras saja sudah ngutang, bersyukurlah kau bisa hidup sehat sekarang,” timpal mamaku dengan sabar.“Mak,,boleh tanya sesuatu?”“Hm?”“Mama bilang kita harus bersyukur karena sudah punya motor. Kalau orang yang tidak punya motor jadi tidak bisa bersyukur yah mak?”“Loh,, kok gitu? Ya bisalah, mereka masih bisa bersyukur kalau punya sepeda.”“Kalau mereka tidak punya sepeda gimana mak?”“Kalaupun tidak punya sepeda, masih mending dia punya kaki untuk jalan, cari rezeki yang halal”“Yah , mak kalau mereka lumpuh gimana mak?”“Punya tangan, mata, telinga, hidung, itupun tidak menghalangi kita untuk bersyukur dan cari kerja”“Nah,, kalo semuanya cacat gimana tuh mak?”“Lin,,”“Iya mak..”“Sudah hampir maghrib ini loh, mau ikut mama ke masjid tidak?”“Hmm,,, mama saja lah”“Aih,, dasar anak gadis , maunya cuma di kamar terus, pantas laki-laki harus mikir seribu kali untukdatang melamar, kamunya tidak pernah mau menampakkan diri,”“Eeh mak,, belum di jawab pertanyaanku mak,, iihh ““Nanti sajalah lin,” ucapnya sambil bergegas menuju ke masjid.
Tak pernah tuntas ketika aku bertanya seperti itu ke mama. Tolonglah ma, jangan buat anak gadismu ini penasaran terus. Tiap kali aku berpikir bagaimana cara orang-orang pinggiran sana untuk mensyukuri hidupnya. Hidup melarat? Katanya masih bisa bersyukur selagi masih hidup.
Ya, tapi hidup mereka tidak seperti kita. Mereka bersyukur dalam kemelaratan? Oh sulit kubayangkan. Setiap kali kita mengeluh dengan kekurangan dihidup kita, setiap kali itupun sebuah kalimat akan terlontar “kita masih bisa bersyukur, di luar sana masih banyak yang ingin ini, mau beli itu, tapi susah”.
Tidakkah pernyataan itu terlalu basi? Oke, lalu maksudnya orang-orang yang tidak bisa beli ini itu tidak bisa bersyukur yah?.
Coba pikirkan baik-baik. Kita yang hidup serba berkecukupan dan ketika mengeluh orang tua kita selalu menasehati dengan cara membandingkan kehidupan kita dengan kehidupan orang-orang melarat, orang-orang yang tingkat ekonominya sudah paling bawah, ditambah cacat pula, tidak bisa berbuat apa-apa. Yang bisa mereka lakukan hanya mengucap syukur dalam hati. Lain lagi jika ia hanya seorang diri, tidak ada sanak saudara, apakah harapan satu-satunya hanya menunggu ajal?Lihat, di manakah letak hal yang bisa mereka syukuri sedang hidupnya sudah semelarat itu?
Tapi mereka masihbisa hidup. Hei,mereka memang hidup, tapi apakah itu benar-benar bisa dianggap sebuah kehidupan? Ayolah, aku hanyalah seorang gadis 19 tahun yang sebentar lagi menuju dewasa. Dan sampai saat ini aku tidak pernah mendapat jawaban dari pertanyaanku itu.(*)
Nama: Asni TahirSekolah: SMKN 2 SidrapIG: @star_as03