Bapak Gubernur yang terhormat, saya ingin mencurahkan segala keluh kesah saya terhadap pendidikan yang ada pada saat ini khususnya pendidikan yang berada di provinsi Sulsel. Namun, saat ini saya tidak ingin mengeluhkan prihal fasilitas yang kurang memadai, biaya paket internet yang mahal, jaringan sinyal yang buruk, ataupun biaya SPP yang harus dibayarkan setiap bulannya. Saya ingin mengeluhkan sesuatu yang mungkin selama ini tidak mendapat perhatian khusus dari para pemimpin negara ataupun daerah. Ini adalah tentang beban psikologi yang di alami selama pandemi.
Selama ini pemerintah selalu berusaha semaksimal mungkin untuk merombak semua kurikulum agar dapat menyesuaikan dengan keadaan, tapi apakah pemerintah mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi dikalangan para pelajar?. Dimasa sebelum pandemi, siswa sudah cukup dihadapkan dengan sistem pendidikan Indonesia yang selalu berubah namun tidak pernah tuntas hingga akhir. Dan sekarang siswa harus dihadapkan dengan serangkaian pembelajaran jarak jauh, semua kegiatan terhenti dan dipindahkan di rumah membuat saya dan para siswa lainnya merasa tertekan. Dari pagi saya sudah harus stay di depan gadget ataupun laptop, tak lupa pula dengan semua tugas-tugas yang selalu tidak ada habisnya. Apalagi saat ini saya merasa jam belajar berubah menjadi 24 jam nonstop, lalu apakah ini yang dimaksud dengan perombakan kurikulum agar sesuai dengan masa pandemi? Entahlah pak, saya benar-benar tidak mengerti.
Bapak gubernur yang terhormat, bolehkan saya mengeluh lelah atas pola pendidikan saat ini? Bolehkan saya mengeluh lelah melihat perdebatan kedua orang tua saya setiap harinya? bolehkah saya mengeluh lelah? apalagi ditambah saya sedang berada di bangku kelas 12 dan sebentar lagi akan melanjutkan ke jenjang perkuliahan , saya merasa lelah dan sangat tertekan pak. Saya bingung apa yang harus saya lakukan dimasa seperti ini. Melihat perekonomian keluarga yang tidak stabil lalu dengan pola belajar saya yang tidak maksimal, apakah saya bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya? Orang tua saya hanya melihat kebutuhan sandang saya saja, tanpa melihat bahwasanya anaknya butuh dorongan agar tetap semangat menjalani hari-harinya. Dan kebanyakan guru-guru pun hanya melihat saya butuh diberi materi pembelajaran setiap hari tanpa melihat bahwasanya siswanya butuh bimbingan mental dan psikologinya.
Padahal saya pikir, kesehatan mental dan psikologi setiap anak sangat sangat penting. Karna jika seorang anak merasa stress dan tertekan ia tidak akan dapat menyerap pembelajaran yang ada. Saya yakin perasaan tertekan dan stress yang saya rasakan ini tidak hanya dirasakan oleh saya saja, tetapi dirasakan oleh banyak pelajar lainnya. Lalu mengapa selama ini pemerintah hanya memperhatikan bagaimana seorang siswa dapat memperoleh fasilitas tanpa memperhatikan keadaan siswa itu sendiri?. Melalui sepucuk surat ini, saya menyampaikan keresahan saya yang paling dalam. Saya harap pemerintah dapat memperhatikan hal ini, bahwasanya kami para siswa tidak hanya butuh fasilitas untuk belajar tapi juga bimbingan mental dan psikologi.
Demikian surat ini saya tulis , saya ucaapkan terimakasih atas ketersediaan bapak untuk membaca surat ini , saya memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata . Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh.
Hormat saya siswi
SMA NEG. 15 BONE
Riri Sundari