[Cerpen] Istana Terakhir

  • Bagikan
Dok.Pribadi/Yutsani Lesty Handayani Yunus

Suara tangis memenuhi seluruh kamar Lani. Lani baru saja dipanggil Yang Maha Kuasa. Sebuah senyuman yang terukir di wajah pucatnya sebelum mengembuskan napas terakhirnya. Terima kasih Ibu. Kalimat terakhir yang terucap sebelum Lani menutup mata selamanya.


Sebelumnya.

“Lani! Ada apa? Kamu terlihat sangat pucat?”

Suara itu mengejutkannya, membuatnya refleks menoleh. Ternyata sekamarnya, Ainul. Tanpa menjawab, Lani kembali melanjutkan cuci muka. Kemudian, kembali ke kamar dengan kepala yang sangat pusing. Gubrakkk…

Lani terjatuh. Kepalanya terbentur sangat keras di tembok. Membuatnya tidak sadarkan diri. Ia dilarikan ke rumah sakit oleh pihak sekolah.

Orang tua Lani baru saja kembali dari Jerman, setelah perjalanan bisnis mereka. Mereka menemui Lani yang belum sadarkan diri di ruangan ICU.

“Anak Anda mengalami kanker stadium akhir. Penyakit ini sudah ia alami tiga tahun lalu. Sel kankernya sudah menyebar ke seluruh tubuhnya. Kemungkinan terburuknya adalah dia segera pergi dalam waktu dekat,” ucap dokter yang menangani Lani.

Ibu Lani kembali menemui ke ruangan ICU setelah bertemu dengan dokter itu. Ia menemukan secarik kertas di saku celana yang Lani gunakan saat terjatuh.

Ibu, Lani rindu.Tugas Lani hampir selesai. Sudah saatnya Lani pergi. Pergi ke tempat yang sangat jauh. Namun, Lani pasti akan sangat senang berada di sana. Tidak ada lagi rasa sakit yang Lani rasa. Di sana Lani bisa tinggal dengan tenang, Ibu.

Maaf kalau Lani tidak pernah bilang kepada Ibu kalau Lani sedang sakit. Lani hanya tidak ingin merepotkan Ibu dan Ayah. Lani tahu, kalian sibuk. Namun, kali ini please, Lani ingin meminta sesuatu. Bawa Lani ke rumah yang dahulu selalu memberikan Lani ketenangan. Aku rindu dengan mereka. Kumohon kabulkanlah permintaanku ini. Anakmu, Arisha Lani Shareen. (*)

Yutsani Lesty Handayani YunusSMAN 6 BarruIG @yutsanilestyhandayani

  • Bagikan