KEKER.FAJAR.CO.ID – Cincin emas Ibu Novi hilang, seisi sekolah seakan terhantam bom.
(lapangan upacara)
Pagi itu sejuk semerbak bagai hari pertama bunga sakura mekar. Kami melaksanakan upacara bendara. Seperti biasa pak botak, julukan wakil kepala sekolah kami membawakan amanat upacara yang sangat membosankan.
Aku melihat Ibu Novi menuju arah toilet ruang guru dengan tergesa-gesa. Selain itu aku menyaksikan Rehan dan Taufik berencana meninggalkan lapangan upacara.
“sssttt… Taufik. Ayo deh, bosen nih gue. Si botak juga gak tau ngomong apa,” ajak Rehan.
“Ngga ah, lebih males bareng lo,” tolak Taufik.
“Udah ayo,” Rehan menarik Taufik dan kabur.
Aku mengabaikan mereka, toh kalau kedapatan bukan saya yang salah. Tapi sebagai teman dekat mereka berdua, hati kecilku tergerak dan segera menyusul.
Aku segera mencari Taufik dan Rehan, mereka menghilang seperti hantu. Justru aku bertemu ibu Novi. Pikirku dia akan marah karena aku meninggalakan lapangan upacara, tapi karena cincin emas 24 karatnya.
“Ohhhh jadi kamu Panji, mana cincin saya?” tanya Ibu Novi geram.
“Saya tidak tahu bu,” jawabku.
“Lalu kenapa kamu bisa ada di sini, bukannya upacara masih berlangsung.
Sudah jangan alasan, kamu pasti mencuri cincin saya,” bentak Ibu Novi.
Ibu Novi segera membawa saya ke ruangan Tata Usaha dan mengumumkan untuk upacara diselesaikan segera dan memanggil Bapak wali kelasku ke ruangan kepala sekolah.
Lapangan sekolah segera menjadi ricuh, karena sang Harimau mengamuk lagi.
“Kali ini apa lagi,” ujar salah seorang guru.
“Kasihan Pak Zainuddin, dia terus yang jadi sasaran karena anak-anak walinya berantakan semua. Untung dia sabar,” ujar Rina si anak kelas unggulan.
Di ruangan kepala sekolah, Pak Zainuddin datang dengan wajahnya yang lesu.
“Pak, buat anak walimu ini mengaku. Cincin saya dicuri saat saya di toilet tadi,” ketus Ibu Novi.
“Bukan saya pak, Rehan mungkin,” ujarku gugup.
Pak Zainuddin hanya memandangiku.
“Saya bersumpah bukan saya pak, bu. Saya hanya ingin mencari Rehan dan Taufik tadi. Mereka bolos upacara,” jelasku.
“Ohhh kalian bertiga pasti sekongkol,” ketus ibu Novi.
Pak Zainuddin hanya diam dan menerima omelan ibu Novi.
(Di kantin sekolah)
“Ada apa lagi tuh si Harimau,” ujar Rehan sambil memakan nasi goreng.