[Cerpen] Misteri Cincin Emas Ibu Novi

  • Bagikan
Photo source : Dok.Pribadi/Ali Armadan

“Tau ah, males gua. cepetan deh loh habisin tuh makanan,” ujar Taufik.

Rina, si murid ranking satu segera menegur Rehan dan Taufik. Rina dan aku dulunya satu smp, begitu juga dengan Rehan dan Taufik. Tak heran dia tahu banyak tentang kami.

“Kalian malah di sini, tuh Panji lagi di ruangan kepsek,” kata Rina.

Rehan dan Taufik yang asyik di kantin sekolah segera menuju ruangan kepala sekolah menyusul sahabat karibnya.

Sambil berlari, Rehan dan Taufik sudah mendengar nama mereka dipanggil.

(Ruangan Kepala Sekolah)

“Nah ini mereka, kalian bertiga pasti bersekongkol mencuri cincin saya,” kata Ibu Novi.

“Bukan kami bu, justru saya kaget Panji bisa dipanggil ke sini,” kata Rehan.

“Lagian kenapa ibu pakai cincin emas ke sekolah, sekolah bukan tempat pamer bu,” ujar Taufik kesal.

“Sudah, kalau kalian tidak segera mengembalikan cincin saya. Kalian bertiga kena skorsing selama satu minggu,” ancam ibu Novi.

Tiba-tiba pak Zainuddin bersuara.

“Maaf bu, bukannya membela murid saya, tapi langsung membuat keputusan final tanpa mengetahui kondisi sebenarnya saya rasa tidak pantas bu. Lagian kalau mereka yang mengambil, pasti cincin itu ada pada mereka sekarang, tapi buktinya tidak ada,” ujar Pak Zainuddin dengan bijak.

Aku tersentuh, kukira Pak Zainuddin tidak akan membela kami.

“Tapi hanya mereka bertiga yang tidak ada di lapangan upacara tadi saat saya ke toilet. Siapa lagi coba yang mau mengambil,” ujar Ibu novi kesal.

“Benar bukan kalian yang ambil?” tanya Pak Zainuddin sembari melihat kami bertiga.

“Sumpah bukan kami pak, saya dan Rehan tadi ke kantin, dan kami tidak bersama Panji,” ujar Taufik.

Ibu Novi masih terus menyalahkanku dengan Taufik dan Rehan, untung saja salah seorang guru datang meredahkan suasana kacau di ruangan kepala sekolah.

“Ibu kepala sekolah pasti cari cincin ini kan?” kata guru Biologi cantik sembari menunjukkan cincin emas ibu Novi.

“Loh, iya itu cincin saya. Kamu yah yang ambil, sini,” ketus Ibu kepala sekolah.

Seketika aku berpikir, kenapa orang seperti dia bisa jadi kepala sekolah.

“Tidak bu, saya menemukan cincin ini di samping cermin depan toilet. Sepertinya ibu lupa mengambilnya,” ujar guru cantik itu.

Pak Zainuddin, Rehan, Taufik dan aku hanya saling menatap dan menghelah nafas panjang. Banyak yang kupelajari dari kejadian ini, tapi yang pasti jangan suka bolos upacara. (*)

Ali Armadan MM

(SMAN 6 Soppeng)

IG @ardhan_kun

  • Bagikan

Exit mobile version