Tantangan ketiga tambah Novi, mudah terlena bujuk rayu penipuan digital, banyak tawaran dapat hadiah di tepon di sms dengan uang dan hadiah itu jadi iming-iming luar biasa.
Keempat, kurang menghargai pemberdayaan di media digital. “Indonesia ini suku bangsa kaya, banyak perbedaan identitas yang lain. Solusinya kita harus keren menggunakan media digital, sadar kita warga Indonesia,” paparnya.
Materi diisi oleh empat orang tim japelidi lainnya. Rita Gani dosen FIKOM Universitas Islam Bandung, Sitti Utami Rezkiawaty Kamil, Dosen Ilmu Komunikasi Fisip universitas Halu Oleo, Citra Rosalyn Anwar, dosen Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Makassar, dan Andi Fauziah Astrid Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.
Dihadiri sebanyak 33 orang peserta, pelatihan ini sempat menjadi ajang curhat beberapa peserta. Di sesi sharing banyak yang bercerita bagaimana mereka cakap digital dengan membuat konten dan mendapatkan subscriber dan viewer yang banyak. Adapula peserta yang curhat mengenai perlakuan yang tidak menyenangkan. Salah satunya Fathiyah yang disebut narsis oleh temannya, “waktu itu kayak buat question box terus karena banyak storynya jadi dikomen disebut narsis terus jadi introvert dan ndak mau share lagi. Komentar itu berpengaruh sekali apalagi kalau dekat dengan saya,” jelas Fathiyah.
Melalui kegiatan ini juga diperkenalkan dua program lainnya, yaitu launching modul baru yang dikeluarkan Japelidi berjudul Lentera literasi digital Indonesia dan pengumuman lomba video kreatif. (*)