Psikolog Klinis dan Master Grafologi, Dian Ibung, SPsi, memaparkan, penyebab narsistik bisa jadi karena sering dipuji. Kemudian, ia tidak dikenalkan dengan kelemahannya. Yang disebutkan hanya yang positifnya saja, sehingga ia tidak merasa ada yang kurang dengan dirinya.
“Atau bisa juga karena di lingkungan sosialnya memang dia lebih dari yang lain. Sehingga ia melihat kenyataan bahwa dia memang anak yang pintar,” ujarnya.
Ia menambahkan, ciri-ciri narsistik akan merasa lebih dari yang lain tapi berlangsung lama. Artinya konsisten seperti itu terus dalam segala situasi dan dalam banyak hal.
Orang narsistik itu sulit diajak untuk berinteraksi, karena posisinya dia selalu memandang rendah orang lain. Membuat dia menjadi pusat segalanya. Ia pun merasa tidak ada gunanya untuk berinteraksi dengan orang lain. Juga tidak tertarik untuk mendengarkan pendapat orang lain.
“Jadi ketika tidak ada hal penting yang ingin dibicarakan, mending jaga jarak saja. Kalau memang harus berinteraksi, selalu fokus saja pada tujuan untuk berinteraksi dengan orang tersebut,” saran Dian. (*)