“Saya memiliki sahabat yang selalu insecure karena sejak dahulu doski sering menerima perlakuan berbeda dari temannya yang cantik. Maka dari itu, sahabat saya selalu bercita-cita ingin memiliki paras yang menawan, hingga mencoba berbagai macam skincare. Awalnya dia pakai basic skincare, sekarang sudah memiliki skincare sekoper,” tutur M Taufiq Fayyad A dari SMAN 1 Makassar.
Beauty Privilege is real. Ini bahkan dapat memengaruhi banyak aspek kehidupan sosial dan ekonomi seseorang.
Resky Megawati selaku Promotor Emina memaparkan, konsumen skincare bukan hanya dari kalangan remaja saja. Bahkan murid SD pun sudah mengenal dunia skincare. Tak jangan skin barrier mereka rusak sejak dini, karena penggunaan skincare yang tidak sesuai dengan kondisi kulit.
“Dampak beauty privilege seringkali tidak seimbang dan mempengaruhi orang yang tidak dianggap cantik atau tidak sesuai dengan standar kecantikan yang ditetapkan oleh masyarakat. Jika seseorang mendapat perlakuan khusus akan parasnya ini juga dapat mempengaruhi tekanan yang dirasakannya untuk selalu memenuhi standar kecantikan yang sangat sempit dan tidak realistis,” jelas Dosen Prodi Psikologi FK Unhas, Istiana Tajuddin, SPsi, MPsi. (*)