“Jadi dari istilah toxicnya saja ini sudah identik dengan sesuatu yang kurang baik begitu ya. Perilaku toxic ini mencakup perilaku-perilaku yang cenderung menganggu atau merugikan orang lain, bentuknya pun beragam, bisa mulai dari verbal hingga perilaku secara langsung. Hal ini dapat berdampak ke pribadi seseorang yang mendapatkan perlakuan tersebut, termasuk ke kondisi psikologisnya,” jelasnya.
Wanita yang disapa Lala ini menambahkan kalau salah satu bentuk perilaku toxic yang paling umum kita dapati adalah bullying. Dari beberapa sumber menyatakan bahwa dampaknya itu dapat membuat seseorang menjadi demotivasi, merasa Lelah ataupun stress, mempengaruhi bagaimana ia akan membangun relasi dengan orang lain.
“Dia seperti menarik diri dari lingkungan, konflik, kecemasan, kemarahan hingga bisa mempengaruhi kondisi fisik begitu bahkan dapat menciptakan bibit pelaku toxic yang baru,” katanya.
Lala juga mengatakan bahwa jangan segan untuk keluar dari lingkungan itu, temukan circle dan lingkungan yang supportif yang tentunya dapat membantu kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Beberapa hal yang bisa dilakukan ialah pertama dari diri sendiri yaitu belajar menerapkan perilaku respek (peduli), empati & asertif jadi dalam berinteraksi kita belajar untuk melihat dari banyak sudut pandang dan mengembalikan ke diri sendiri setiap perilaku yang akan kita lakukan dan yang terpenting adalah menjalin pertemanan dengan baik dan sehat.
“Tolak ukur sebuah interkasi itu baik atau tidak bisa diliat dengan coba tanyakan apakah ada manfaat yang bisa di dapatkan dari sana, apakah kita bersemangat untuk melakukan sesuatu atau justru banyak merasa tidak nyaman/amannya, jangan segan untuk keluar dari lingkungan itu, temukan circle dan lingkungan yang supportif yang tentunya dapat membantu kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi,” pungkasnya.
REPORTER : MAHARANI PUTRI MUCHTAR