Intervensi Duta GenRe Dalam Menekan Prevalensi Stunting Nasional

  • Bagikan
National Geographic Photo Collection

KEKER.FAJAR.CO.ID – Duta GenRe adalah ajang yang bergerak dibawah naungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan diselenggarakan rutin setiap tahunnya. BKKBN mengembangkan program Generasi Bencana (GenRe) dalam rangka merespon permasalahan remaja saat ini.

Program yang mengedepankan pembentukan karakter bagi generasi muda ini mengedukasi remaja untuk menjauhi Pernikahan Dini, Seks Pra Nikah dan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif).

Amaliah Ramadhani, Mahasiswa Administrasi kesehatan, Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan, Universitas Negeri Makassar

Namun tak dapat dipungkiri bahwasanya program ini juga berperan penting dalam aspek kesehatan lainnya, seperti halnya dalam menyikapi permasalahan stunting yang sampai hari ini masih menjadi isu Nasional mengingat akan tingginya angka stunting di tanah air.

Perlu kita ketahui, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 21,6% pada 2022. Angka ini merupakan yang terendah dalam sedekade terakhir setelah turun dari 24,4% pada 2021. Saat ini, prevalensi stunting di Indonesia berada pada angka 17% dan ditargetkan harus menurun menjadi 14% pada 2024 mendatang.

Artinya Pemerintah harus mengupayakan penurunan persentase sebesar 3% dalam kurun waktu sepanjang tahun 2023, dengan menjalankan berbagai macam program dalam menekan angka stunting nasional.

Salah satu tugas utama Duta GenRe sendiri adalah berperan dalam upaya penurunan prevalensi stunting. Duta GenRe bertugas untuk menjadi penggerak dan mensosialisasikan bagaimana cara menekan angka stunting ke standar angka nasional.

Dalam hal ini, Duta GenRe memiliki peran yang sangat penting terutama dalam menyebarluaskan informasi, melakukan edukasi, dan sosialisasi meliputi stunting kepada masyarakat guna untuk menekan angka stunting di tanah air.

Dari beberapa faktor penyebab stunting, salah satunya adalah pernikahan dini dikarenakan kondisi fisik alat reproduksi belum sempurna, panggul ibu yang sempit dan tidak tercukupinya asupan gizi saat hamil.

Asupan gizi saat hamil menjadi suatu yang sangat penting dan menentukan nasib bayi kedepannya. Pasangan suami istri yang menikah di usia dini, biasanya belum siap dari segi ekonomi sehingga menimbulkan masalah terhadap kemampuan pemenuhan gizi sehari-hari. Terlebih lagi untuk ibu hamil.

Pernikahan dini juga akan menciptakan suami dan istri yang bisa dikatakan masih belia, sehingga kedepannya akan mempengaruhi bagaimana memberikan didikan terutama pola asuh kepada anak nantinya.

Jadi kesimpulannya, semakin muda usia ibu, makin besar kemungkinannya melahirkan anak stunting. Stunting bisa dimulai sejak pembuahan, sehingga seorang wanita perlu melakukan upaya untuk mencegahnya sedini mungkin, yaitu sejak masa remaja.

Keberadaan duta GenRe tentu saja diharapkan mampu menjadi role model bagi masyarakat pada umumnya terkhusus bagi remaja dalam memberikan sosialisasi dan edukasi tentang pernikahan dini, sehingga angka stunting ini dapat dicekal dengan cara meminimalisir pernikahan dini. (*)

Foto Credit : National Geographic photo collection

  • Bagikan

Exit mobile version