KEKER.FAJAR.CO.ID – Hai sobat keker tau nggak si? Di era digital saat ini, penggunaan media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Akses tanpa batas ke informasi, interaksi dengan teman dan keluarga, serta berbagai hiburan membuat media sosial sulit dipisahkan dari rutinitas harian.
Namun, di balik manfaatnya, penggunaan media sosial yang berlebihan juga dapat memicu berbagai masalah kesehatan mental lho, salah satunya adalah stres.
Stres yang dipicu oleh media sosial dapat datang dari berbagai sumber. Salah satu yang paling umum adalah “fear of missing out” atau FOMO, yaitu rasa cemas karena merasa tertinggal dari teman atau kenalan yang tampak lebih sukses atau bahagia di media sosial.
Selain itu, paparan terus-menerus terhadap berita negatif, terutama selama masa pandemi atau situasi krisis, dapat meningkatkan kecemasan dan perasaan tidak berdaya.
Selain itu sobat keker, media sosial juga sering kali menimbulkan tekanan untuk selalu terlihat sempurna. Foto-foto yang diunggah ke media sosial sering kali menunjukkan versi terbaik dari diri seseorang, yang bisa membuat orang lain merasa tidak percaya diri atau rendah diri ketika membandingkan diri mereka dengan apa yang mereka lihat di layar. Kondisi tersebut dapat memicu perasaan stres, cemas, bahkan depresi.
Nahh sobat keker, dalam menghadapi fenomena ini, detoks media sosial muncul sebagai salah satu solusi yang semakin populer. Detoks media sosial adalah upaya untuk mengurangi atau menghentikan penggunaan media sosial untuk jangka waktu tertentu dengan tujuan memulihkan kesehatan mental.
Praktik tersebut bertujuan untuk membantu individu kembali fokus pada dunia nyata, meningkatkan kualitas hubungan interpersonal, dan mengurangi perasaan stres yang ditimbulkan oleh tekanan online.
Ada beberapa cara nihh sobat keker, untuk melakukan detoks media sosial yaitu:
1. Mengatur Batasan Waktu
Tetapkan batas waktu harian untuk penggunaan media sosial. Misalnya, hanya menggunakan media sosial selama satu jam sehari, atau tidak menggunakannya sama sekali setelah jam tertentu di malam hari.
2. Menonaktifkan Notifikasi
Notifikasi terus-menerus bisa mengganggu fokus dan meningkatkan kecemasan. Cobalah menonaktifkan notifikasi untuk aplikasi media sosial agar tidak tergoda untuk memeriksa ponsel setiap saat.
3. Menghapus Aplikasi Sementara
Jika merasa kesulitan untuk mengurangi penggunaan, pertimbangkan untuk menghapus aplikasi media sosial dari ponsel selama beberapa hari atau minggu.
4. Mengisi Waktu dengan Aktivitas Produktif
Alihkan waktu yang biasanya dihabiskan di media sosial dengan kegiatan yang lebih produktif atau menenangkan, seperti membaca, berolahraga, atau berkumpul dengan keluarga dan teman secara langsung.
5. Merefleksikan Penggunaan Media Sosial
Luangkan waktu untuk merenungkan bagaimana media sosial memengaruhi perasaan dan kesejahteraan kamu. Jika merasa media sosial lebih banyak menimbulkan stres daripada manfaat, mungkin saatnya untuk mempertimbangkan perubahan kebiasaan.
Detoks media sosial bukan berarti harus sepenuhnya menghindari media sosial untuk selamanya, melainkan mencari keseimbangan yang sehat antara dunia digital dan dunia nyata. Dengan membatasi paparan terhadap tekanan dan informasi yang tidak perlu,setiap orang atau individu dapat mengurangi stres dan memperbaiki kesehatan mental mereka.
Pada akhirnya sobat keker, kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Dengan menjaga keseimbangan dalam penggunaan media sosial, kita dapat menciptakan lingkungan digital yang lebih sehat dan mendukung kesejahteraan kita secara keseluruhan.
(Aronia Alfa Mawadda_Mahasiswa Magang Harian Fajar)