Cerpen Kerlap – Kerlip di Atas Kota, Rina dan Langit Malam

  • Bagikan

KEKER.FAJAR.CO.ID – Malam itu, kota tampak berbeda. Di tengah riuhnya suara kendaraan dan kebisingan masyarakat, angin malam membawa ketenangan yang jarang terjadi. Rina, seorang mahasiswa arsitektur, duduk di atap gedung apartemennya, menatap langit malam yang dipenuhi bintang. Ia selalu merasa bahwa langit malam adalah tempat di mana semua masalah seakan hilang, dan mimpi-mimpi bisa terbang bebas.

Kota yang ramai dengan kehidupan terlihat kecil dari ketinggian. Lampu-lampu kota berkelip, menciptakan ilusi bintang-bintang di bawah. Rina sering kali menghabiskan waktu malamnya di atap ini, menggambar sketsa-sketsa impiannya, merancang bangunan yang tak hanya menarik secara estetika, tetapi juga memberi arti bagi orang-orang yang menghuninya.

Malam itu, Rina membawa buku sketsa dan pensilnya. Ia ingin menggambar satu proyek yang selalu ada di benaknya: sebuah taman atap yang bisa menghubungkan orang-orang dengan alam, meski mereka hidup di tengah kesibukan kota. Taman yang bisa menjadi tempat berkumpul, beristirahat, dan merenungkan hidup. Ia percaya, di antara gedung-gedung pencakar langit, harus ada ruang untuk bernapas.

Saat Rina mulai menggambar, tiba-tiba sebuah suara mengganggu konsentrasinya. “Malam yang indah, ya?” suara itu berasal dari seorang pemuda yang duduk di sebelahnya. Rina menoleh dan melihat seorang laki-laki dengan senyum ramah. “Saya Rian,” lanjutnya.

Rina tersenyum kembali, “Iya, malam ini luar biasa. Saya suka menghabiskan waktu di sini.”

Mereka berdua terlibat percakapan yang mengalir begitu saja. Rian adalah seorang fotografer yang juga suka menghabiskan waktu malam untuk menangkap keindahan kota. Ia sering mendaki atap gedung untuk mendapatkan perspektif yang berbeda. Percakapan mereka mengalir seperti angin malam, ringan namun bermakna.

“Bintang-bintang itu,” kata Rian sambil menunjuk ke langit, “mereka mengingatkan kita akan impian yang bisa dicapai jika kita berani memperjuangkannya.”

Rina terdiam, merenungkan kata-kata Rian. Ia merasa ada sesuatu yang mendalam dalam pernyataan itu. Sejak kecil, Rina memiliki banyak mimpi, tapi seringkali ia terhalang oleh rasa takut dan keraguan. “Kadang, saya merasa sulit untuk percaya pada impian saya,” ungkap Rina.

Rian menatapnya dengan serius. “Kita semua merasa seperti itu. Tapi ingat, bintang-bintang tidak muncul tanpa kegelapan. Mereka bersinar paling terang ketika keadaan sulit. Jangan biarkan keraguan menghentikan langkahmu.”

Malam semakin larut, dan Rina merasa semangatnya kembali bangkit. Ia melanjutkan menggambar dengan lebih antusias, terinspirasi oleh percakapan yang baru saja terjadi. Rian mengambil beberapa foto, kadang-kadang mencuri pandang ke arah Rina yang asyik dengan sketsanya.

Tiba-tiba, suara sirene mobil polisi memecah keheningan malam. Rina dan Rian menoleh ke arah suara itu. Dari kejauhan, mereka melihat sekelompok orang berkumpul di pinggir jalan, panik. Rian mengalihkan pandangannya kembali ke Rina. “Apa kita harus melihatnya?” tanyanya.

Rina ragu sejenak, tetapi rasa ingin tahunya lebih kuat. Mereka berdua berjalan turun dari atap dan menuju ke tempat kerumunan itu. Di sana, mereka menemukan seorang wanita tua terjatuh dan tidak sadarkan diri. Para pengunjung di sekitarnya tampak bingung, tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Tanpa berpikir panjang, Rian melangkah maju. “Ayo, panggil ambulans!” teriaknya sambil mengawasi wanita itu. Rina berdiri di sampingnya, merasa tidak berdaya. Ia teringat pada kata-kata Rian tentang bintang-bintang yang bersinar dalam kegelapan. Dalam situasi ini, Rian adalah bintang yang berani melangkah untuk membantu.

Tak lama kemudian, ambulans tiba dan membawa wanita itu pergi. Rina merasa bergetar melihat semua kejadian itu. “Kamu sangat berani,” katanya kepada Rian.

Rian tersenyum. “Kadang kita perlu berani untuk membantu orang lain, meskipun kita tidak tahu bagaimana hasil akhirnya.”

Malam kembali tenang setelah kerumunan itu bubar. Rina dan Rian kembali ke atap, tetapi suasana malam itu terasa berbeda. Rina merasa seolah mereka baru saja mengalaminya sendiri. Di bawah langit malam yang sama, dengan bintang-bintang yang berkelip, mereka berdua berbagi mimpi dan harapan.

Rina menatap bintang-bintang dengan semangat baru. Ia mengerti sekarang, bahwa impian yang besar membutuhkan keberanian, bukan hanya untuk menggapainya, tetapi juga untuk membantu orang lain dalam perjalanan. Dalam sekejap, ia menyadari bahwa langit malam ini bukan hanya tempat untuk bermimpi, tetapi juga untuk bertindak.

Langit malam mungkin gelap, tapi di dalam kegelapan itulah bintang-bintang bersinar paling terang, mengajak setiap jiwa untuk berani mengejar impiannya. Rina tersenyum, dan mulai menggambar lagi, kali ini dengan semangat yang lebih besar. (*)

Siti Nurhalisa

@st.nurhlisa

MAN 3 Kota Makassar

  • Bagikan

Exit mobile version