KEKER.FAJAR.CO.ID – Di sebuah desa kecil yang dikelilingi sawah hijau dan perbukitan, terdapat seorang anak bernama Budi. Ia dikenal sebagai anak yang ceria dan penuh imajinasi.
Setiap kali angin berembus kencang, Budi selalu menginginkan satu hal: menerbangkan layang-layang merah jambu yang ia buat sendiri. Cerita ini menggambarkan perjalanan Budi untuk mewujudkan impiannya.
Suatu sore, setelah pulang dari sekolah, Budi melihat langit yang cerah dengan angin berembus lembut. Ia teringat akan layang-layang merah jambu yang ia buat dari kertas bekas dan bambu. Layang-layang itu adalah hasil kerja kerasnya selama beberapa minggu. Dengan semangat, ia berlari menuju gudang untuk mengambil layang-layangnya.
“Ini dia,” serunya sambil mengeluarkan layang-layang dari dalam gudang.
Layang-layang itu tampak cantik dengan warna merah jambu yang cerah, dihiasi gambar bintang dan bulan yang ia lukis sendiri. Setiap detail pada layang-layang tersebut merupakan cerminan dari imajinasinya.
Budi segera menuju lapangan di dekat rumahnya. Di sana, ia melihat teman-temannya sedang bermain bola. “Hei, Budi! Mau main bola?,” tanya Andi, sahabatnya.
“Tidak, aku mau terbangkan layang-layang!,” jawab Budi penuh semangat.
“Layang-layang? Ayo, kami ikut!,” seru teman-temannya. Mereka pun mengikuti Budi ke lapangan.
Setelah sampai di lapangan, Budi mulai merakit benang pada layang-layangnya. Teman-temannya menonton dengan antusias. “Kamu pasti bisa, Budi!,” kata Nia, salah satu teman sekelasnya.
Budi merasa percaya diri dengan dukungan teman-temannya. Ia mengikatkan benang dengan hati-hati dan memastikan semuanya siap sebelum melepaskannya ke udara. “Ayo, kita lihat seberapa tinggi dia bisa terbang!,” ujarnya sambil tersenyum lebar.
Akhirnya, saat yang ditunggu-tunggu tiba. Budi berdiri di tengah lapangan dengan layang-layang di tangannya. Ia menarik napas dalam-dalam dan melepaskan layang-layang itu ke udara. Layang-layang merah jambu itu meluncur tinggi, menari-nari di antara awan.
“Lihat! Dia terbang!,” teriak Dika, teman lainnya.
Budi merasa bahagia melihat layang-layangnya melambung tinggi. Ia berlari mengikuti arah angin sambil menarik benangnya. Suara tawa dan sorakan teman-temannya membuat suasana semakin meriah.
Namun, tiba-tiba angin bertiup kencang, dan layang-layang Budi mulai goyang. “Ayo, Budi! Pegang kuat-kuat!,” teriak Andi.
Budi berusaha sekuat tenaga untuk menjaga agar layang-layangnya tetap terbang tinggi. Namun, angin terlalu kuat, dan layang-layang itu mulai meluncur turun.
Dengan cepat, layang-layang itu tersangkut di atas pohon besar di tepi lapangan. Hati Budi terasa hancur melihat impiannya tergantung di sana. “Tidak! Layang-layangku!,” serunya dengan suara penuh keputusasaan.
Teman-temannya segera menghampiri Budi. “Jangan khawatir! Kita bisa bantu kamu,” kata Nia mencoba menghibur.
Mereka semua berpikir keras bagaimana cara mengambil layang-layang itu. Akhirnya, Dika memiliki ide brilian. “Kita bisa menggunakan tangga! Ayo cari tangga di rumahku!”
Dengan cepat, mereka berlari ke rumah Dika dan mengambil tangga panjang. Setelah kembali ke lapangan, Dika memanjat tangga untuk mengambil layang-layang yang tersangkut.
“Berhati-hatilah!,” seru Nia cemas saat Dika mulai memanjat.
Dika mengangguk dan terus memanjat hingga mencapai cabang pohon tempat layang-layang tergantung. Dengan hati-hati, ia menjangkau layang-layang itu dan menariknya perlahan agar tidak robek.
Setelah beberapa usaha yang menegangkan, akhirnya Dika berhasil mengambil layang-layang merah jambu itu dan menjatuhkannya ke tanah dengan lembut. Semua teman-teman bersorak gembira melihat Budi mendapatkan kembali layang-layang kesayangannya.
“Terima kasih, Dika!,” ucap Budi sambil tersenyum lebar.
“Sekarang kita terbangkan lagi!,” seru Andi penuh semangat.
Saat layang-layang itu melambung tinggi, Budi merasa seolah-olah ia bisa meraih mimpinya sendiri, mimpi untuk menjadi seorang pilot atau penjelajah langit suatu hari nanti. Ia membayangkan dirinya terbang di atas awan dengan bebas, melihat dunia dari ketinggian yang menakjubkan.
“Aku ingin jadi pilot kelak,” ucap Budi tanpa sadar saat melihat langit biru yang luas.
“Kenapa tidak? Kamu pasti bisa!,” jawab Nia dengan semangat mendukung impian sahabatnya.
Budi tersenyum mendengar kata-kata Nia. Dukungan dari teman-teman membuatnya semakin yakin untuk mengejar mimpinya, meskipun jalan menuju cita-cita tidak selalu mudah.
Hari itu menjadi hari yang tak terlupakan bagi Budi dan teman-temannya. Mereka belajar bahwa meskipun ada tantangan dalam hidup, dengan kerja sama dan semangat persahabatan, segala sesuatu bisa diatasi.
Layang-layang merah jambu itu tidak hanya menjadi simbol kebahagiaan bagi Budi, tetapi juga mengingatkannya akan pentingnya memiliki teman-teman yang selalu siap membantu dalam setiap keadaan. Setiap kali angin bertiup kencang di desa mereka, Budi selalu teringat akan petualangan seru bersama teman-temannya dan layang-layang merah jambu yang melambung tinggi di angkasa.
Seiring waktu berlalu, Budi terus berlatih membuat berbagai jenis layang-layang lainnya, dari yang kecil hingga besar, dan setiap kali ia berhasil menerbangkannya tinggi-tinggi, rasa percaya dirinya semakin tumbuh. Ia pun mulai mengikuti lomba layang-layang di desa-desa tetangganya dan meraih banyak prestasi kecil yang membuatnya semakin bersemangat untuk mengejar cita-citanya sebagai pilot suatu hari nanti.
(*)
Piaggio Nur Rahman
SMPN 5 Barru
IG @piorahmann.__