KEKER.FAJAR.CO.ID – Syanum Rizqinaya dan Shanaya Ayesha, jangan salah sangka dulu mereka berdua bukanlah saudari kembar melainkan dua gadis yang bersahabat. Jika yang satu kalem maka yang satu petakilan, tak terpisahkan dimana ada Syanum disitu ada Shanaya.
“Num… Syanumm..”
” Apa Nay..” jawab Syanum sabar ketika Shanaya tak berhenti memanggilnya.
” Hehehe .. nggak ada” Cengir Shanaya.
“Oh.. iya Nay, aku punya tiket.”
“Tiket apa, konser?” Tanya Shanaya excited.
” Konser Mulu pikirannya, bukanlah. Tapi ini tuh tiket ikut kajian mau nggak? Healing tuh yang bermanfaat Nay” jelas Syanum.
“Tapikan lagi capek Num, stress karena tugas kampus. Aya yang cantik ini tuh butuh healing… Butuh refreshing….” balas Shanaya mendramatis.
“Nah, justru itu karena stress makanya ikut kajian aja nay” bujuk Syanum.
Akhirnya dengan bujukan dan sedikit paksaan Naya pun menyetujui ajakan Syanum untuk mengikuti sebuah kajian terssebut.
Karena pada kenyataannya healing terbaik ialah mendekat kepada Allah, percuma healing keluar kota bahkan sampai keluar negeri namun tidak ada ketenangan didalamnya. Bukankah definisi healing itu untuk mendapatkan ketenangan karena lelah mengejar dunia yang tak ada habisnya.
Itulah mengapa kita butuh recharge iman, layaknya hp yang kadang baterainya full maupun berkurang seperti itulah iman kita.
“Assalamualaikum, halo Nay… Udah selesai belum siap-siapnya” Tanya Syanum yang kini berada didepan gerbang rumah Naya untuk menjemput sang princess.
“Waalaikumsalam, Iyya udah kok. Tunggu bentar izin sama bunda dulu” jawab Shanaya.
“Lama ya.. nunggunya?” Tanya Naya yang tiba-tiba muncul dari gerbang.
“Astaghfirullah…. Ihhhh ngagetin tau nayy” kesal Syanum kaget.
“Hehehe .. maaf kan sengaja hehehe” ucap Shanaya dengan cengengesan.
Setelah itu mereka berdua pun menuju tempat dimana majelis yang sebentar lagi akan berlangsung.
Di sinilah syanum dan shanaya mendengarkan ceramah sang ustadzah penuh khidmat, sampai pada saat salah satu peserta kajian mengajukan pertanyaan.
“Afwan ustadzah, izin bertanya bagaimana caranya agar jiwa ini ikhlas, akan rasa sakit tanpa membenci orang yang menjadi sumber rasa sakit itu sendiri” ucap intan selaku penanya dengan mata berkaca-kaca serta suara serak yang tertahan ditenggorokan.
“Masya Allah pertanyaan yang sangat bagus, dari mbak …?”
“Intan ustadzah.”
“jadi begini teman-teman sekalian bukan hanya untuk kalian saja namun untuk saya pribadi juga.”
“Rasa sakit karena seseorang, rasa sakit karena masa lalu, rasa sakit karena takdir yang hadir tak sesuai dengan yang kamu inginkan, bahkan rasa sakit karena diri sendiri. Namanya juga manusia pasti akan merasakan yang namanya rasa sakit atau kecewa, apa yang teman-teman harus lakukan? pasang status di sosmed dan mengatakan lagi sakit hati agar semua orang tahu?” tanya sang ustadzah.
seketika peserta kajian merasa relate dengan apa yang di ucapkan, galau dikit pasang status, sakit hati pasang status bahkan marah pun pasang status.
“Tidak teman-teman tapi apa? panggil Allah, adukan pada Allah, ceritakan apa yang engkau rasakan, minta pertolongan, minta perlindungan. caranya apa? mari memaafkan jangan terus membenci, hilangkan rasa itu agar hati ini legowo. Memang tak mudah tapi insya allah kalian pasti bisa, tanamkan rasa ikhlas akan rasa sakit yang ada jangan melawan tapi belajarlah untuk berdamai dengan keadaaan yang ada” jelas sang ustadzah pada peserta kajian.
“Berbenahlah bukan untuk menjadi baik di mata orang lain tapi menjadi lebih baik dari diri kita versi kemarin, Maka dari itu kita harus selalu bermuhasabah” lanjut Ustadzah bahwa cara terbaik melupakan rasa sakit dan kecewa itu ialah berbenah bukan untuk terlihat baik di mata orang namun lebih baik dari diri ini versi kemarin dan pastinya berusaha terlihat baik di mata Allah karena sebaik apapun kita, akan tetap salah dimata orang yang tak menyukai kita akan ada celah mereka untuk membenci kita.
Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh peserta kajian, jawaban sang ustadzah pun membuat hati ini benar benar merasa bersalah, terlalu banyak mengeluh dan merasa selama ini ujian yang ada sangatlah berat tapi nyatanya ada yang punya ujian lebih berat namun mereka tak seberisik itu.
“gimana nay… your feeling better?” tanya syanum ketika mereka telah selesai mengikuti kajian tersebut, memang inilah tujuannya agar hati dan pikiran temannya ini terbuka lebar dan tidak galau.
“hiks… hikkss.. gue bodoh dan berdosa banget ya Num” Di tanya seperti itu justru Naya menangis, pertahanan yang ia bangun akhirnya runtuh juga.
“Ehhh.. kok nangis sih, udah dong nay
“Selama ini cuman gue yang pertahananin hubungan dan selalu ngertiin sikap dia Num.. lama-lama gue capek dan sakit sendiri”
“Tuh tauuu, makanya udah yaa…” jawab Syanum membenarkan dan sebenarnya pusing bagaimana lagi menasehati temannya satu ini
“Tapi susah Num… rasa ini masih ada” ucap Naya yang masih bimbang.
“Insya Allah pasti bisa” ucap syanum menyemangati sahabatnya.
“Masih ingetkan tadi Ustadzah bilang apa?”
“Sebaik apapun dia meskipun nyuruh sholat sekalipun, nggak ada pacaran yang syariat adanya cuman maksiat Nay. lah dia boro-boro baik selama ini cuman lo sendirikan effort? parahnya lagi nggak nerima feedback apapun. jadi buat apa Nay ” jelas Syanum.
“Lo benar Num, makin lama gue ngerasa kek cinta sendiri. Makasih ya udah jadi teman yang selalu ngingetin dan nuntun gue” Balas Shanaya yang kini merasa lega
Dan pada akhirnya aku memang mencintainya tapi aku memilih melepaskannya karena aku sadar tak ada cinta yang pantas selain cinta-NYA.
(Hasnah, IG || @hsna.aaaaaaa)
Hasnah Mahasiswa Magang Harian Fajar