KEKER.FAJAR.CO.ID – Halo, Sobat KeKeR! Generasi Z (Gen Z) dikenal sebagai generasi yang kreatif dan adaptif terhadap perkembangan zaman, termasuk dalam cara mereka memandang cinta dan hubungan.
Nah, kehadiran film asmara dan media sosial ternyata memiliki pengaruh besar dalam membentuk pola hubungan mereka.
Seiring dengan perubahan gaya hidup dan teknologi, Gen Z menunjukkan preferensi terhadap hubungan yang lebih fleksibel dan sehat. Namun, dampak dari media sosial dan ekspektasi yang terbentuk dari film asmara juga tak jarang menimbulkan tantangan tersendiri.
Film asmara dengan cerita yang santai dan menghibur ternyata menjadi favorit banyak Gen Z. Seperti diungkapkan oleh Izza Nurfadilah, siswi SMPN 24 Makassar.
“Saya suka sekali film kisah cinta yang santai, kayak Asmara Generasi Z. Romantis tapi masih ada lucunya juga dan tidak terlalu berat alur ceritanya,” ungkapnya
.
Hal senada juga disampaikan oleh Reski Aditiya asal SMAN 13 Gowa. Menurutnya, film asmara sering memberikan pelajaran positif meskipun terkadang terlalu ideal.
“Menurutku, film asmara itu ada bagusnya juga. Bikin kita belajar komunikasi yang bagus sama pasangan. Tapi kadang, terlalu bagus di film, sampai kita susah percaya bisa ada yang begitu,” ucapnya.
Ketua Pusat Kajian Keluarga dan Dosen Psikologi FK Unhas, Yassir Arafat Usman, MPsi, Psikolog, menjelaskan, Gen Z memiliki pola hubungan yang unik. Mereka cenderung menggunakan aplikasi kencan online sebagai alat utama untuk bertemu pasangan, menggantikan cara tradisional seperti pertemuan langsung.
“Gen Z lebih menghargai kebebasan dalam hubungan dan vokal tentang kesehatan mental. Mereka ingin hubungan yang mendukung kesejahteraan emosional dan menetapkan batasan yang sehat,” urainya.
Selain itu, media sosial memegang peran penting dalam komunikasi pasangan, terutama yang menjalani hubungan jarak jauh.
“Banyak dari mereka menunjukkan cinta secara publik melalui unggahan foto atau cerita bersama pasangan. Namun, tekanan ini juga bisa memicu konflik jika pasangan memiliki preferensi privasi yang berbeda,” jelas Yassir.
Meski membawa kemudahan, media sosial juga memiliki sisi negatif. Perbandingan hubungan di media sosial sering membuat Gen Z merasa hubungannya kurang sempurna.
“Cemburu sering muncul dari interaksi pasangan dengan orang lain di media sosial, bahkan yang terlihat sepele. Ini dapat memicu konflik jika tidak dikelola dengan baik,” ungkap Yassir.
Untuk mengatasi masalah ini, Yassir menyarankan agar Gen Z tetap mengandalkan komunikasi langsung saat menghadapi konflik.
“Pilih circle pertemanan yang mendukung, artinya memberikan nasihat dan penguatan, bukan malah memprovokasi,” tutupnya. (*)