Cerpen KeKeR: Karma Si Wanita Serakah

  • Bagikan

KEKER.FAJAR.CO.ID – Di sebuah desa terpencil, hiduplah seorang wanita bernama Diana. Diana dikenal sebagai wanita yang cantik, rambutnya hitam legam berkilau di bawah sinar matahari, matanya sebening air terjun, dan kulitnya seputih susu.

Namun, kecantikan itu bagai topeng yang menutupi sifatnya yang tamak dan serakah. Kecantikannya hanya menjadi alat untuk memikat simpati orang lain, yang kemudian akan ia manfaatkan untuk keuntungan pribadinya. Ia selalu ingin mendapatkan lebih, tanpa memperdulikan perasaan atau kerugian yang diderita orang lain.

Suatu pagi yang cerah, ketika matahari baru saja terbit dan udara masih sejuk. Diana sedang berjalan-jalan di sekitaran desa, tiba-tiba ia berhenti dan matanya tertuju pada sebuah benda yang tergeletak di pinggir jalan. Sebuah dompet kulit berwarna coklat tua, ia mendekati dompet tersebut dan membukanya.

Di dalamnya terdapat sejumlah uang yang cukup banyak. Tanpa berpikir panjang, ia langsung mengambilnya. Jantungnya berdebar-debar, bukan karena rasa bersalah, melainkan karena gembira mendapatkan harta yang tak terduga. Ia tahu dompet itu bukan miliknya, namun keserakahannya telah membutakan nuraninya. Ia menyimpan dompet itu rapat-rapat di dalam tasnya, menghitung-hitung berapa banyak yang bisa ia beli dengan uang itu. Ia membayangkan gaun-gaun sutra yang indah, perhiasan berkilauan, dan makanan lezat yang selama ini hanya ia impikan.

Keesokan harinya, Diana pergi ke pasar untuk berbelanja. Pasar tersebut sangat ramai, dengan suara pedagang yang memanggil-manggil pembeli, dan kerumunan orang yang sibuk bertransaksi. Di tengah keramaian, ia melihat seorang nenek tua yang sedang terjatuh. Nenek itu tampak kesakitan, awalnya Diana tidak peduli . Namun ketika melihat dompet kecil yang tergeletak di samping tas nenek itu, Diana melihat kesempatan untuk mendapatkan keuntungan lagi. Ia mendekati nenek itu dan pura-pura membantu.

“Nek, hati-hati. Tasmu terjatuh,” kata Diana dengan suara lembut, sambil menahan-nahan senyum liciknya. Ia membantu nenek itu berdiri, dengan tangan gemetar dan penuh kepura-puraan. Saat membantu nenek itu, jari-jari Diana dengan licik mengambil dompet kecil itu dan menyembunyikannya ke dalam tasnya.

“Terima kasih, Nak,” kata nenek itu sambil menatap Diana dengan mata yang sayu dan mengusap-usap lututnya yang sakit. Ia tidak menyadari bahwa Diana secara diam-diam mengambil dompet kecil yang terjatuh dari tasnya. Diana merasa lega dan puas, meskipun uang di dalam dompet itu jauh lebih sedikit daripada yang ia temukan kemarin.

Namun, saat Diana pergi meninggalkannya. Nenek itu, menyadari bahwa dompetnya tidak ada dalam tasnya. “Tolong! Tolong! Dompetku hilang!… (suaranya bergetar, disertai Isak tangis). Nenek itu, berteriak meminta pertolongan, namun tak seorang pun yang peduli. Semua orang sibuk dengan urusan mereka sendiri. Nenek itu sangat sedih dan kecewa karena kehilangan dompetnya, sementara Diana hanya tersenyum tipis dan melanjutkan langkahnya tanpa rasa bersalah sedikit pun.

Namun, apa yang dilakukan Diana tidak akan pernah lepas dari hukum alam. Karma, meskipun sering kali datang tanpa diduga, pasti selalu datang. Seperti petir yang menyambar, karma yang ditunggu-tunggu itu akhirnya datang juga.

Tak lama kemudian, saat Diana sedang berjalan pulang, ia terjatuh dan kakinya terkilir. Ia kesakitan dan tak bisa berjalan. Tak seorang pun yang mau membantunya. Diana terbaring sendirian, merasakan kepedihan yang luar biasa. Bukan hanya di kakinya, tetapi juga di hatinya.

Diana akhirnya menyadari bahwa perbuatannya telah membawa malapetaka bagi dirinya sendiri. Ia menyesal atas keserakahannya dan kekejamannya. Ia berharap bisa kembali ke masa lalu dan mengubah semuanya. Namun, waktu tak bisa diputar kembali.

Setelah berjam-jam terbaring di tepi jalan, seseorang akhirnya datang menghampiri Diana. Seorang pria paruh baya berhenti dan melihat kondisi Diana yang kesakitan. Dengan cepat, ia membantu Diana berdiri dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Meskipun pria itu tidak tahu perbuatan buruk Diana, ia tetap merasa empati dan menolong tanpa pamrih.

Beberapa minggu kemudian, setelah kakinya sembuh, Diana mulai merenung lebih dalam. Ia merasa berterima kasih atas pertolongan orang yang tidak ia kenal. Dari pengalaman itu, ia belajar banyak tentang arti kehidupan, empati, dan kejujuran.

Sejak saat itu, Diana berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Ia belajar untuk menghargai orang lain dan hidup dengan jujur. Ia menyadari bahwa karma selalu ada dan akan selalu datang pada waktunya.

Cerita ini mengajarkan kita bahwa keserakahan dan kekejaman akan selalu berbuah pahit. Karma akan selalu datang, baik cepat maupun lambat.

Nama : Azka Azaliyyah Ramadhani

Asal sekolah : SMAN 13 BONE

User IG : @azalyhr

  • Bagikan