Cerpen KeKeR: Belajar Jadi Manusia

  • Bagikan

KEKER.FAJAR.CO.ID – Hujan yang mulai reda terasa sejuk dibuatnya. Pekarangan rumah yang awalnya kering sekarang menjadi basah. Katak-katak sedang bernyayi di bawah hujan yang mulai reda ini.

Nek Jirah yang sedang merajut, meminta tolong kepada Sari untuk mengepel teras rumah yang basah karena terguyur hujan.

Saat sedang asyik mengepel sambil mendengarkan lagu dengan menggunakan earphone yang ia kenakan, pandangan Sari teralihkan saat melihat seorang pemuda tengah duduk di atas mobil mewahnya yang berhenti di pinggir jalan.

Lelaki itu tengah membuka kaca mobilnya yang mewah itu dan menikmati hujan.
Tiba-tiba, dua anak kecil perempuan mendatangi laki-laki yang sepertinya kaya raya itu. Kejadian itu membuat Sari langsung melepaskan earphone yang ia kenakan dan menguping pembicaraan mereka.

“Kak, saya minta uangnya kak. Adik saya ini belum makan dari kemarin,” ujar bocah laki-laki itu.

Sang pemuda kaya raya itu pun mengeluarkan uang dan memberikannya kepada kedua anak kecil tadi dengan wajah yang penuh akan ketulusan dan belas kasih saat memberi uang kepada dua anak tadi. Sari bisa melihat senyuman gembira yang dilukiskan oleh kedua anak kecil itu. Melihat kejadian itu, Sari pun menceritakannya kepada Nek Jirah. Sari sangat terkagum-kagum dengan pemuda itu. “Dia baik deh, Nek,” kata Sari.

Mendengar cerita cucunya itu, Nek Jirah meletakkan rajutannya dan melepaskan kacamatanya. Ia melihat mata cucunya itu dengan penuh kasih sayang.

“Kamu tahu? Dia dahulu tak setajir melintir sekarang,” ucap Nek Jirah.
“Nenek kenal?,” tanya Sari.

“Namanya Resky. Dia dahulu memiliki dua orang teman yang bernama Ujang dan Bandi,” Nek Jirah memulai ceritanya.


“Ujang! Bandi!,” teriak Resky.

Sontak, kedua temannya menoleh ke arahnya.

“Kenapa sih, Resky?”
Bujang dengan baju kumal dan acak-acakan bernama Resky itu mengajak kedua sahabatnya untuk makan di sebuah warung rawon yang murah dan enak langganannya. Kedua temannya pun setuju, dan akhirnya mereka bertiga pergi ke warung rawon yang disampaikan oleh Resky tadi.

Setibanya di warung rawon, mereka pun memesan tiga porsi rawon dan tiga gelas es teh kepada Mbok Darmi. Mbok Darmi adalah orang yang mendirikan warung ini. Kalau kata Resky, Mbok Darmi adalah CEO Rawon Down to Earth.

Saat Mbok Darmi kembali dari dapur dan memberikan tiga mangkok rawon dan tiga gelas es teh kepada mereka, betapa terkejutnya mereka saat melihat ketiga porsi rawon yang disajikan.

“Loh? Mbok, kok rawon saya sedikit banget dagingnya? Malah telur asinnya yang kebanyakan,” ujar Resky.

“Saya malah dagingnya kebanyakan tapi nasinya tidak ada sama sekali,” sambung Ujang.

“Kalian masih enak ada daging sama telur, saya cuma dikasih nasi sama kuah rawon,” kata Bandi.

Mereka bertiga tidak terima dengan pesanan yang telah Mbok Darmi sajikan. Mbok Darmi hanya tersenyum lalu meninggalkan mereka ke dapur.

Mau tidak mau, Ujang, Bandi dan Resky menyantap makanan yang sudah disajikan oleh Mbok Darmi sambil sedikit mengeluh. Uang yang mereka kumpulkan dari hasil kerja membantu Pak Budi di peternakan ayam tidak cukup kalau ingin memesan rawon tiga porsi lagi.

Setelah selesai makan, ketiga pemuda tadi pun berangkat ke peternakan ayam Pak Budi. Jarak antara warung rawon dan peternakan ayam tidak terlalu jauh.
Sesampainya di sana, ternyata Pak Budi telah selesai melakukan semua pekerjaan mereka.

Semua ayam telah diberi makan, kandang-kandangnya telah bersih bahkan kotoran-kotoran ayam yang berserakan juga sudah mengkilap bersih tak bernoda.

“Loh, Pak? Kok dikerjakan sendiri?,” tanya Ujang bingung.

“Nanti kita kerja apa kalau Anda mengerjakan semua sendiri, Pak,” timpal Resky.

Pak Budi hanya melihat ke arah mereka dengan tatapan tajam lalu meninggalkan tiga serangkai itu tanpa melontarkan sepatah kata pun.


Keesokan paginya, trio bebek itu berangkat ke tempatnya bekerja yaitu di peternakan ayam Pak Budi. Di sana, mereka didudukkan melingkar di ruang tamu rumah Pak Budi. Pak Budi memulai pembicaraan dengan mode yang serius seperti anggota DPR yang akan mengadakan rapat.

“Kalian tahu kenapa kemarin saya tidak memberikan kalian pekerjaan?,” tanya Pak Budi sembari melihat ke arah trio bebek itu.

Ketiganya hanya bisa tertunduk pertanda tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan Pak Budi.

“Kalian sadar kemarin kalian datang pukul 12.00 siang? Kalian seperti panda yang sedang hibernasi saja,” tegas Pak Budi.

Setelah kena omelan pak budi, mereka pun pergi ke warung Mbok Darmi. Tidak ada kapoknya mereka ke warung itu. Alasannya karena warung itu yang cukup dengan kantong. Saat sampai, Mbok Darmi terlihat sedang santai duduk di depan warung.

“Mbok, rawon tiga ya? Tapi jangan seperti kemarin,” perintah Bandi.

“Tidak tahu ya kalian? Kenapa aku sajikan makanan kalian seperti itu?,” tanya Mbok Darmi.

Ketiganya hanya menggeleng dengan muka yang letih dan lesu.

“Tidak ada ceritanya segala sesuatu yang ada di dunia ini akan terus seperti apa yang kita inginkan,” jawab Mbok Darmi.


“Sari tidak paham, Nek? Semua itu tidak menjawab pertanyaan Sari,” ucapnya.

“Intinya, Pak Budi ingin memberikan nasihat kepada trio bebek itu bahwa waktu adalah uang. Waktu tidak akan pernah menunggu kita untuk melakukan sesuatu. Jika kita tidak mengenal waktu, habislah diri kita ini ditenggelamkan oleh kedisiplinan orang-orang di dunia ini. Jadi, kita harus menghargai dan memanfaat waktu dengan baik.”

“Begitu juga Mbok Darmi. Beliau ingin memberi tahukan kepada mereka bahwa, dunia ini terus berjalan. Tidak ada takdir yang akan terus sesuai dengan rencana kita. Pasti ada satu atau dua hal yang tidak sesuai dengan ekspektasi kita tetapi sudah menjadi takdir kita. Dan yang bisa kita lakukan hanyalah menerima dan bersyukur.”

Nek Jirah memberi nasihat kepada cucu satu-satunya itu untuk mengambil pelajaran dari kisah yang disampaikan. Karena, Resky mengambil pelajaran atas apa yang terjadi di hidupnya itu. Sementara itu, Bandi dan Ujang sampai saat ini masih luntang-lantung di jalan karena membiarkan apa yang sudah berlalu tanpa meresapinya sebagai pelajaran untuk kehidupan di masa depan. (*)

Rajwa Salsabila Suntoro

SMA Islam Athirah 1 Makassar

IG @124jw4

  • Bagikan

Exit mobile version