Cerpen KeKeR: Pelajaran di Balik Senyum

  • Bagikan

KEKER.FAJAR.CO.ID – Namaku Auliah. Siswi SMA yang selalu berusaha tersenyum meskipun hari-hari tidak selalu berjalan mulus.

Setiap pagi aku berangkat ke SMAN 3 Barru dengan perasaan campur aduk antara semangat dan sedikit cemas. Di sekolah, aku belajar bukan hanya dari buku pelajaran, tetapi juga dari setiap pengalaman yang terjadi di sekitarku.

Hari ini seperti hari-hari lainnya, namun ada sesuatu yang berbeda. Di kelas, suasana tampak agak tegang karena kami akan mengadakan presentasi kelompok tentang tema “Harapan dan Impian”. Aku ditugaskan bersama dua teman, Fira dan Dito, untuk menyampaikan pandangan kami tentang betapa pentingnya berani bermimpi meski menghadapi tantangan.

Aku merasa gugup karena ini adalah kali pertama aku berbicara di depan kelas yang cukup ramai.

Sebelum presentasi dimulai, aku duduk di bangku yang biasa sambil mencoba meredakan kegugupan dengan mengingat kata-kata Ibu Sari, Guru Bahasa Indonesia kami, yang selalu mengatakan, “Setiap kata yang kau ucapkan adalah cermin dari hatimu. Jadilah dirimu sendiri, dan biarkan senyum menjadi kekuatan.”

Aku menutup mata sejenak, menarik napas dalam-dalam, dan berusaha mengumpulkan keberanian.

Waktu pun tiba. Fira membuka presentasi dengan cerita singkat tentang mimpi-mimpi kecil yang menjadi awal dari perjalanan besar. Dito kemudian menampilkan beberapa gambar dan kutipan inspiratif yang ia kumpulkan dari buku-buku favoritnya.

Giliran aku untuk berbicara, dan meski tanganku bergetar, aku berusaha menyampaikan maksud hati. Aku bercerita tentang betapa setiap tantangan, entah seberapa besar, bisa dihadapi dengan senyuman dan semangat yang tak pernah padam. Aku pun berbagi cerita kecil tentang perjuanganku belajar matematika, di mana awalnya aku merasa tidak mampu, namun dengan dukungan teman-teman dan guru, aku perlahan mengerti konsep-konsep yang sulit.

Usai presentasi, kelas memberikan tepuk tangan yang hangat. Aku merasa lega dan bahagia karena berhasil mengatasi rasa gugupku. Namun, pelajaran hari itu belum berakhir. Di sela-sela pelajaran, aku melihat teman sekelas yang biasanya ceria, Riko, duduk sendirian di pojok kelas dengan wajah muram. Aku tahu, Riko pernah mengalami kesulitan di pelajaran Bahasa Inggris dan merasa tidak percaya diri karena sering mendapat nilai rendah.

Aku pun mendekatinya dan bertanya dengan lembut, “Riko, kenapa kamu terlihat sedih hari ini?”

Riko menghela napas dan berkata, “Aku merasa tidak pernah cukup pintar. Aku selalu gagal, padahal aku sudah berusaha keras. Aku takut kalau aku akan mengecewakan orang tua dan teman-teman.”

Kata-kata itu membuat hatiku terasa perih, mengingat betapa sulitnya perjalanan untuk belajar dan terus mencoba meski hasilnya belum memuaskan. Aku pun mengajak Riko berbicara di luar kelas, di bawah pohon rindang di halaman sekolah yang sejuk.

Di bawah naungan pohon itu, aku mengungkapkan bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan. “Riko, aku juga pernah merasa tidak mampu, terutama saat presentasi tadi. Tapi aku belajar bahwa keberanian untuk mencoba adalah hal yang paling penting. Setiap kegagalan adalah pelajaran, dan setiap pelajaran adalah langkah menuju keberhasilan,” kataku dengan penuh keyakinan.

Aku ingat pesan Ibu Sari, bahwa senyum dan semangat itu adalah kekuatan yang tak ternilai.

Riko mendengarkan dengan seksama, dan sedikit demi sedikit, wajahnya mulai berubah. Ia tersenyum kecil sambil berkata, “Mungkin aku harus mencoba lagi dan tidak menyerah.”

Sore hari tiba, dan setelah jam pelajaran usai, kami berkumpul di ruang OSIS untuk mendiskusikan kegiatan pengabdian masyarakat yang akan kami lakukan. Kami berencana mengunjungi panti asuhan di sekitar kota untuk berbagi cerita dan keceriaan. Walaupun kegiatan itu terdengar sederhana, kami percaya bahwa senyum yang tulus dan kehadiran yang penuh empati bisa membawa perubahan positif pada orang lain.

Di perjalanan menuju panti asuhan, aku mengenang kembali hari-hari di sekolah yang penuh warna. Aku sadar bahwa pelajaran terbesar tidak selalu datang dari buku tetapi dari pengalaman yang kita jalani dan kisah yang kita bagikan.

Saat tiba di panti asuhan, kami disambut dengan hangat oleh anak-anak yang bermain riang. Aku merasa hatiku hangat melihat betapa senyuman kecil bisa membawa kebahagiaan besar. Aku pun mengajak anak-anak untuk berkumpul dan bercerita tentang harapan serta impian mereka. Di sana, aku mendengar berbagai cerita tentang mimpi menjadi dokter, guru, atau bahkan seniman. Setiap cerita mengingatkan aku bahwa setiap orang berhak bermimpi dan berusaha mewujudkannya tanpa peduli apa pun rintangannya.

Malam itu ketika aku pulang ke rumah, aku duduk di meja belajarku sambil menuliskan kisah hari itu di buku harian. Aku menuliskan bahwa meskipun hari itu dimulai dengan kegugupan dan tantangan akhirnya aku menemukan kekuatan dari dalam diriku untuk tersenyum dan terus maju. Aku menuliskan betapa pentingnya saling mendukung dan percaya bahwa setiap kegagalan adalah bagian dari perjalanan menuju keberhasilan.

Di balik senyum yang tulus tersembunyi pelajaran hidup yang tak ternilai. Aku Auliah berjanji kepada diri sendiri untuk selalu menginspirasi dan menyebarkan kebaikan karena aku tahu bahwa dengan senyum kita bisa mengubah dunia, setidaknya di sekitar kita. Dan setiap hari di SMAN 3 Barru adalah kesempatan baru untuk belajar tumbuh dan bermimpi. (*)

Auliah Mufliha

SMAN 3 Barru

IG @auliam__

  • Bagikan

Exit mobile version