Cerpen KeKeR: Angin Karya Santri Pesantren Modern Pendidikan Al Qur’an IMMIM Putra Makassar

  • Bagikan
freepik

KEKER.FAJAR.CO.ID Pernahkah kau mendengar tentang angin, kisahnya tak pernah tercatat dalam waktu, apalagi sejarah yang semu.

Tanpa kau sadari, angin selalu memiliki kisah dari masa ke masa. Setiap peristiwa di dunia telah dilihatnya, setiap perubahan telah dirasakannya tak ada yang dapat menghentikannya.

Embusannya menembus lapisan terpadat bumi, gemuruhnya dapat menggetarkan cakrawala, tiupannya dapat menembus alam semesta.

Tapi… apakah ia bahagia akan kemampuannya? Apakah bencana pernah menimpanya? Ataukah angin tak perasa? Seperti apakah wujudnya? Apa saja kontribusinya di dunia ini? Pernahkah kau mendengar tentangnya?


Kau kira ia tak pernah tertimpa bencana? Bencana pernah menimpanya lebih tepatnya kebimbangan yang menimpanya. Suatu ketika angin pernah membuat hancur riakannya lautan, untuk menyadarkan utusan tuhan yang lari tugasnya. Di atas kapal saat sang utusan dilemparkan diantara riak ganasnya lautan ia merasa bimbang apakah sudah benar apa yang dilakukannya? Apakah sang utusan akan mati atas tindakannya?

Kau kira ia tak perasa? Perasaannya meliputi bumi dan seisinya. Ingin dia menolak apa yang diperintahkan Tuhan kepadanya, tapi apalah daya ia hanyalah wujud yang diciptakan tanpa adanya tubuh yang menggenggam.

Di lain waktu, membantu seekor burung yang akan pergi ke negeri yang jauh. “Wahai burung, siapakah namamu? Hendak ke mana dirimu?,”

“Aku adalah hud-hud, aku ingin pergi ke negeri yang jauh, Saba’ namanya.”
“Izinkan aku menyertaimu hud-hud.”

Sang burung menyetujui bantuan angin yang ingin membantunya ke Negeri Saba’.

Singkat cerita sampailah mereka di sana. Hinggaplah keduanya di atas sebuah dahan pohon, dilihatnya negeri yang indah tiada terkira namun di depan sebuah bangunan istana yang megah, para penduduk berkumpul sambil memuji-muji mentari.

Di atas balkon yang menghadap langsung ke arah penduduk seorang wanita berdiri dengan anggunnya. Direntangkannya kedua tangannya diudara diikuti ribuan penduduk di bawahnya. Diangkatnya kepalanya menghadap sang mentari, dilantunkannya puji-pujian untuknya.

Burung dan angin merasa bingung, apa ini? Mengapa mereka menyembah mentari? Siapakah wanita itu?

Seperti mendapatkan jawabannya, dari arah para penduduk seseorang menyeru-nyerukan sang wanita, diikuti yang lainnya. “Hidup Ratu Balqis! Hidup Ratu Balqis!”

Tanpa membuang waktu kembalilah hud-hud diikuti angin menuju utusan Tuhan yang dapat berbicara dengan hewan dan juga sebangsa jin, diceritakannya apa yang dilihatnya. Tak berapa lama sang utusan kembali memerintahkan hud-hud untuk menyampaikan pesannya kepada sang ratu, diberikannya sepucuk surat dan terbanglah hud-hud diikuti angin kembali ke Negeri Saba’.

Diempaskannya surat sang utusan tepat dipangkuan sang ratu, setelah memastikan surat yang dikirim dibaca, hud-hud kembali terbang menuju sang utusan.

Masihkah bingung kalian, tentang kontribusi sang angin di dunia ini, ataukah kalian kurang bisa memahaminya.


Angin juga pernah diperintahkan untuk meniup awan melindungi seorang anak dari panasnya terik mentari. Ia selalu bertanya dalam dirinya siapakah anak ini hingga Tuhan menyuruhnya untuk melindungi anak ini dari terik mentari. Setiap langkah kecil anak ini disaat itu pula awan ditiup mengikutinya.

Hingga sang anak telah beranjak dewasa di sanalah sang angin tahu siapa sebenarnya anak yang ia lindungi dari terik mentari ini. Siapakah ia? Ialah Muhammad yang namanya tertulis di arsh Allah. Ialah Muhammad yang namanya dipakai sang Adam untuk meminta pengampunan kepada sang pencipta, ialah Muhammad yang bahkan kisah kelahirannya telah tertulis di kitab-kitab sebelumnya. Ialah Muhammad sang nabi terakhir pemberi risalah dan penyempurna bagi agamanya.

Sekarang ialah jawaban dari pertanyaan terakhir, apakah sang angin bahagia? Tak perlu kau minta jawabannya, cobalah kau berdiri di luar sana, rentangkan tenganmu dan rasakan angin membisikimu dengan kisahnya dari sana kau akan tahu sebahagia apa dirinya.

  • Bagikan