KEKER.FAJAR.CO.ID – Kita hidup di zaman yang paling terhubung dalam sejarah manusia. Satu klik bisa membawa kita ke ruang obrolan, komunitas daring, atau sekadar menyapa teman lama lewat DM. Ironisnya, justru di era ini, banyak orang merasa kesepian lebih dari sebelumnya. Mengapa bisa begitu?
Dulu, kesepian identik dengan fisik: seseorang yang tinggal sendiri, tak punya teman ngobrol, atau jauh dari keluarga. Sekarang, kesepian lebih halus, tersembunyi di balik senyuman di media sosial, di antara notifikasi yang tak henti berbunyi. Kita dikelilingi oleh banyak suara, tapi sedikit koneksi yang benar-benar terasa.
Fenomena ini disebut loneliness in the crowd kesendirian yang kita rasakan di tengah keramaian. Kita punya ratusan teman di media sosial, tapi berapa banyak dari mereka yang bisa kita ajak bicara saat hati sedang berat?
Di balik layar, kita jadi ahli dalam menyembunyikan rasa sepi. Kita posting momen bahagia, update kegiatan, bahkan bercanda online tapi itu tidak selalu mencerminkan kondisi nyata. Media sosial bisa menjadi cermin yang memantulkan kehidupan orang lain tanpa benar-benar memantulkan kehidupan kita sendiri.
Apakah ini berarti kita harus meninggalkan dunia digital? Tidak juga. Tapi kita perlu membangun koneksi yang lebih bermakna. Kesepian bukan soal kurangnya orang di sekitar, tapi kurangnya kedekatan emosional.
Beberapa hal kecil yang bisa kita coba:
Ngobrol Tanpa Alasan: Ajak teman bicara tanpa harus ada “keperluan penting”. Sekadar tanya kabar bisa jadi awal dari koneksi yang tulus.
Hadiri Acara Offline: Sesekali keluar dari dunia virtual dan hadir di dunia nyata bisa memberi energi sosial yang berbeda.
Beri Waktu untuk Mendengarkan (dan Didengarkan): Mendengar dengan penuh perhatian bisa jadi hadiah paling berharga untuk orang lain dan juga untuk diri sendiri.
Jujur Pada Diri Sendiri: Mengakui bahwa kita merasa kesepian bukanlah kelemahan, tapi langkah awal untuk menemukan koneksi yang lebih sehat.
Kesepian adalah perasaan manusiawi. Tapi ia tak harus menetap. Dengan keberanian untuk membuka diri dan membangun kedekatan yang nyata, kita bisa mulai merubahnya jadi kehadiran baik untuk orang lain maupun diri sendiri.
Jadi, apakah kesepian di era digital itu nyata? Ya. Tapi kita juga punya kekuatan untuk saling menemukan, di balik layar maupun di dunia nyata.
Fitrah