KEKER.FAJAR.CO.ID – Dalam budaya yang memuja hasil instan dan pencapaian cepat, menunda sering mendapat cap negatif. Kita diajarkan bahwa menunda berarti malas, tidak produktif, atau bahkan gagal. Tapi pernahkah terpikir bahwa dalam beberapa hal, menunda justru bisa menjadi seni untuk menjalani hidup dengan lebih bijak?
Kita hidup dalam tekanan untuk “segera sukses”, “segera punya ini-itu”, dan “segera mencapai target hidup”. Tanpa sadar, kita berlomba dengan orang lain dan bahkan dengan diri sendiri. Segalanya harus cepat, kalau tidak, kita merasa tertinggal. Padahal, tidak semua hal besar dalam hidup perlu dikejar dengan tergesa-gesa.
Seni menunda atau yang kini sering disebut delayed gratification mengajarkan bahwa ada nilai dalam menunggu. Bahwa kesabaran, ketekunan, dan menikmati proses adalah bagian penting dari perjalanan, bukan penghambat kesuksesan.
Namun, membedakan antara menunda karena bijak dan menunda karena takut memang tidak mudah. Dibutuhkan kepekaan untuk mengenali kapan kita butuh mengambil waktu, dan kapan kita harus bergerak.
Berikut beberapa cara untuk menerapkan seni menunda secara sehat:
Nikmati Prosesnya: Alih-alih fokus pada hasil akhir, rayakan setiap langkah kecil yang membawa kita ke tujuan.
Berani Menolak Tekanan Sosial: Tidak semua orang harus punya rumah di usia 25, atau menikah sebelum 30. Setiap orang punya timeline hidupnya sendiri.