KEKER.FAJAR.CO.ID — Yuhuu, fenomena oversharing atau berbagi informasi pribadi secara berlebihan kini semakin sering terjadi. Bisa dalam percakapan langsung, maupun melalui media sosial.
Muh Insanul Khamil dari SMA Negeri 22 Makassar, mangatakan, oversharing adalah saat di mana seseorang menceritakan atau mengungkapkan perasaannya secara berlebihan, bahkan hal-hal yang seharusnya tidak perlu dibagikan.
“Saya pernah melakukan oversharing, dan merasa tidak ingin mengulanginya lagi. Saya merasa menyesal setelah berbagi sesuatu yang terlalu pribadi kepada orang yang salah,” cuapnya.
Arsy Afiqah Taufiq dari SMAN 14 Makassar, juga memaknai oversharing sebagai tindakan membagikan cerita pribadi secara berlebihan, baik kepada orang lain langsung maupun di media sosial.
“Setelah cerita, kadang baru sadar dan mikir, ‘Duh, kenapa tadi aku cerita itu?’,” ujarnya.
Arsy mengungkapkan, ia lebih sering melakukan oversharing di media sosial, meskipun kini ia lebih selektif dalam memilih siapa saja yang bisa melihat unggahannya.
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar UNM), Andi Nahliah Bungawali, S.Psi., M.A., menjelaskan, oversharing dalam konteks psikologi adalah penyampaian informasi secara berlebihan yang sering kali berakar pada kebutuhan psikologis dan emosional yang tidak sepenuhnya disadari.
“Faktor yang mendorong bisa beragam, mulai dari kebutuhan untuk mencari koneksi, rasa kesepian, hingga keinginan untuk divalidasi oleh orang lain,” jelasnya.
Dampak dari oversharing bisa menyebabkan hilangnya batasan privasi dan menciptakan ketidaknyamanan dalam diri individu. Nahliah menyarankan pentingnya mengenali batasan pribadi, meningkatkan kesadaran bahwa tidak semua orang perlu mengetahui semua hal tentang kita, serta memahami bahwa tidak semua validasi dari luar itu penting.
“Tidak apa-apa jika kita tidak selalu diterima oleh semua orang,” jelasnya. (*)