Putera Puteri Bumi Sulsel Mampir ke Redaksi Harian Fajar

  • Bagikan

KEKER.FAJAR.CO.ID – Halo Sobat KekeR, pernah nggak sih kepikiran siapa yang bikin koran bisa terbit setiap pagi? Atau gimana caranya berita bisa muncul di Instagram, web, dan bisa dipercaya? Nah, pertanyaan-pertanyaan kayak gitu akhirnya terjawab saat para finalis Putera Puteri Bumi Sulawesi Selatan 2025 main bareng ke kantor Redaksi Harian Fajar, Jumat, 9 Mei 2025 kemarin.

Mereka datang bukan cuma buat silaturahmi, tapi juga untuk belajar langsung soal dunia media, terutama tentang Harian Fajar dan rubrik kece anak muda, Keker Fajar. Mereka disambut hangat oleh tim redaksi, dan langsung diajak ngulik banyak hal seru—mulai dari proses pembuatan berita, cara kerja jurnalis, sampai gimana Fajar tetap eksis di era digital kayak sekarang.

Buat yang belum tahu, Putera Puteri Bumi Sulsel ini adalah ajang pemilihan duta lingkungan dan pariwisata skala provinsi. Uniknya, para finalisnya datang dari latar belakang yang beragam—ada yang masih pelajar SMA, ada yang udah kerja, bahkan ada yang sedang atau sudah menyelesaikan kuliah S2. Adelim, yang merupakan pembina mereka juga ikut nyampaikan tujuan dari kunjungan ini. Kata Adelim, kunjungan ini jadi bagian dari perpanjangan tangan antara Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan dengan Putera Puteri Bumi Sulsel. Tujuannya? Supaya penyebaran informasi nggak melulu di media sosial aja, tapi juga bisa lewat koran, rubrik-rubrik media, dan ruang-ruang yang membahas kepemudaan, lingkungan, dan pariwisata.

Sesi tanya jawab pun berlangsung seru. Salah satunya dari Zakiyyah Zahra, yang penasaran, “Kalau mau ajukan ide liputan ke Keker, harus lewat email atau bisa lewat DM Instagram?” Ternyata jawabannya: dua-duanya bisa! Tapi kalau mau lebih cepat dan praktis, langsung aja DM ke Instagram @kekerfajar dan tulis detail liputan yang diusulkan. Simpel banget, kan?

Lanjut, ada pertanyaan kritis dari Alvonso Zamorano S.Pd (AL) yang bahas soal tantangan media cetak di tengah gempuran teknologi. Ia bilang, sekarang banyak anak muda makin jarang baca koran—bahkan di HP sekalipun kadang males baca berita panjang. Tim Fajar pun menjelaskan bahwa mereka nggak tinggal diam. Justru, mereka terus berinovasi! Selain koran, Harian Fajar juga punya e-paper, konten video, podcast, dan pastinya aktif banget di medsos. Jadi, walau koran masih jadi andalan karena sudah terverifikasi, media digital juga nggak ditinggalin.

Terakhir, Muthalib Resqullah Zaki ngebahas soal kepercayaan anak muda terhadap berita yang valid. Di era hoaks, katanya, kadang orang cuma baca judul tanpa cek kebenarannya. Nah, menurut tim Fajar, inilah pentingnya media mainstream kayak Harian Fajar dan Keker—karena semua berita yang tayang di sana udah diverifikasi dari narasumbernya langsung, jadi minim banget risiko hoaks. Dan koran tetap jadi pegangan utama kalau soal kredibilitas.

Nggak cuma belajar, kunjungan ini juga jadi ajang silaturahmi untuk memperpanjang kerja sama antara Putera Puteri Bumi Sulsel, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, serta Harian Fajar. Harapannya, anak-anak muda yang aktif ini bisa bantu menyebarkan pesan baik lewat media terpercaya kayak Keker. Karena informasi positif itu harusnya nggak berhenti di sosmed aja—tapi bisa tersebar lebih luas lagi lewat rubrik dan platform resmi.

Di akhir sesi, para finalis juga menyampaikan kesan-pesan mereka. Afrisa, misalnya, bilang kalau kunjungan ini bikin dia lebih tahu gimana proses koran bisa terbit setiap hari. “Ini pengetahuan yang nggak akan aku lupa. Aku bawa terus dari pengalaman di sini,” katanya.

Sementara itu, kesan-pesan tentang perjalanan mereka sebagai finalis disampaikan oleh beberapa peserta lainnya. Ahmad Igra Ashabul Kahfi menyebut ini jadi ajang pertamanya terlibat di isu lingkungan, meski sebelumnya udah aktif di bidang pariwisata. “Aku percaya, lingkungan dan pariwisata itu bisa maju bareng-bareng,” ungkapnya.

Randi Pratama juga merasa tersentuh karena ternyata profilnya pernah tayang di koran Harian Fajar. Ia berharap Putera Puteri Bumi Sulsel ke depan bisa jadi gerakan yang lebih solid, dan bisa terus membawa perubahan positif.

Lalu ada Andi Magfirah, yang bilang bahwa pengalaman ini bukan cuma tentang jadi ikon daerah, tapi juga soal tanggung jawab besar. “Aku pengin bisa jadi inspirasi buat teman-teman di luar sana supaya lebih peduli dengan lingkungan dan pariwisata. Soalnya masih banyak banget yang cuek.”

Oh iya, FYI, kunjungan ini juga masuk dalam rangkaian menuju Grand Final Putera Puteri Bumi Sulsel tanggal 12 Mei 2025. Sebelum ke tahap akhir, mereka udah melewati proses seleksi, photoshoot, sharing session, pembekalan materi, motion challenge, hingga tour wisata buat ngenalin Makassar ke finalis dari luar kota. Di puncak acaranya nanti, mereka bakal bahas berbagai isu aktual dan memilih ikon utama dari yang terbaik.

Dan siapa tahu, salah satu dari mereka nanti jadi wajah yang kamu lihat di halaman depan Keker Fajar berikutnya?

MUH. REIHAN

  • Bagikan

Exit mobile version