KEKER.FAJAR.CO.ID – Di usia 15 tahun, saat sebagian remaja masih ragu memilih arah, Pahala Septian Simatupang justru sudah melangkah penuh percaya diri. Remaja asal SMAN 1 Tukka ini aktif mengikuti berbagai kompetisi, komunitas, hingga forum anak muda. Ia pernah jadi peserta, jadi panitia, jadi pembelajar, dan tak jarang pula jadi inspirasi bagi sekitarnya.
“Aku sadar dunia gak nungguin siapa pun. Maka aku memutuskan buat terus gerak, eksplor, dan buka jalan sendiri,” ungkap Pahala.
Baginya, semua proses yang ia jalani bukan hanya menambah pengalaman, tapi menjadi pondasi penting untuk mimpi besarnya menjadi psikolog anak dan remaja.
Meski berasal dari keluarga yang cukup sederhana, Pahala percaya bahwa setiap anak muda punya hak untuk bersuara dan berdampak.
“Aku pengen jadi contoh nyata, bahwa anak dari keluarga sederhana pun bisa bersuara dan membawa perubahan,” katanya.
Perjalanan Pahala tentu tak selalu mulus. Ia pun pernah merasa lelah, menangis, dan stres. Tapi justru di tengah masalah dan plot twist kehidupan, ia tetap memilih untuk tidak menyerah dan tidak melakukan hal-hal negatif. Sebaliknya, ia tetap melakukan aktivitas normal dan terus bergerak maju.
“Mantra harianku: aku gak khawatir kalau orang lain lebih unggul dariku, aku hanya khawatir kalau aku tidak berubah lebih baik dari hari ke hari,” ucapnya.
Pahala percaya bahwa gagal bukanlah akhir, tapi bagian dari proses. “Gagal itu bentuk dari keberhasilan. Gagal hanyalah koma, bukan titik,” tambahnya.
Lewat kisahnya, Pahala ingin menyampaikan pesan sederhana namun kuat jangan pernah berhenti mencoba, meskipun sering gagal. (nrp/yuk)