KEKER.FAJAR.CO.ID — Situationship menjadi istilah yang semakin populer di kalangan remaja masa kini. Meski terdengar modern dan fleksibel, hubungan tanpa status yang jelas ini ternyata menyimpan banyak dinamika emosional yang kompleks.
Randi Pratama, siswa SMKN 2 Makassar, mengaku pernah mengalami hubungan tanpa kejelasan. “Tapi syukurnya saya termasuk yang jarang terjebak dalam situasi seperti itu. Mungkin karena saya dari awal membatasi antara pertemanan dan perasaan,” ujarnya. Meski demikian, ia mengakui kadang ada rasa cemburu yang muncul, tapi masih bisa dikendalikan.
Ia juga menilai banyak anak muda kini lebih memilih hubungan tanpa status karena ingin merasa bebas. “Biar nggak dihalangi dan bisa ngelakuin apa yang mereka mau, asal nggak merugikan orang lain,” jelasnya.
Saat ditanya pilihan antara hubungan yang pasti atau menikmati alurnya saja, Randi memilih yang kedua. “Saya lebih suka berteman, lebih fokus ke hal-hal positif dulu,” tambahnya.
Sementara itu, Nur Awalia, siswi SMKN 1 Barru, punya pandangan yang lebih emosional. “Situationship itu seperti pacaran tapi tanpa status. Serba abu-abu, jadi sering bikin bingung dan nggak tenang,” katanya. Menurut Nur, banyak remaja tetap bertahan dalam hubungan seperti ini karena takut ditinggal atau takut sendiri.
“Kadang kelihatannya keren di media sosial, tapi sebenarnya bisa bikin luka batin,” ujarnya. Ia juga menyebut dampak negatif dari situationship cukup berat, seperti overthinking, cemburu, hingga kehilangan rasa aman.
Dosen Psikologi Universitas Bosowa Makassar, Sulasmi Sudirman, S.Psi., M.A, menjelaskan bahwa secara psikologis, situationship melibatkan dua hal utama yakni kebutuhan akan afeksi dan ketakutan terhadap komitmen.
“Remaja secara alami mendambakan kedekatan dan rasa dicintai. Situationship menjadi ruang ‘sementara’ yang terasa nyaman tapi tanpa kepastian,” jelasnya. Namun, hubungan ini menciptakan konflik emosi antara kenyamanan dan kecemasan yang bercampur, yang disebutnya sebagai ambivalensi.
Sulasmi menegaskan pentingnya membedakan hubungan yang sehat meski belum pasti, dengan yang melelahkan secara emosional. “Kalau komunikasi terbuka, saling peduli, dan merasa aman, itu masih sehat. Tapi kalau terus merasa digantung dan tidak cukup baik, itu sudah jadi red flag,” tegasnya.
Lebih jauh, ia mengingatkan bahwa situationship yang berlangsung lama bisa menurunkan kepercayaan diri, menciptakan distorsi citra diri, dan membentuk pola relasi yang tidak sehat hingga dewasa nanti.
Mengakhiri hubungan tanpa kejelasan bukan hal mudah, namun menurut Sulasmi, ada cara sehat untuk melakukannya. “Sadari perasaanmu, buat batas yang jelas, dan latih self-compassion. Itu bentuk keberanian, bukan kegagalan,” ujarnya.
Ini Cara Supaya Kamu Tidak Berada dalam Situationship
1.Jujur pada Diri Sendiri
Pahami apa yang kamu inginkan dari hubungan ini, jangan pura-pura kuat kalau sebenarnya kamu berharap lebih.
2.Tetapkan Batasan
Buat aturan pribadi soal apa yang kamu anggap wajar, agar tidak merasa dimanfaatkan atau kehilangan arah.
3.Komunikasi Terbuka
Meski tanpa status, tetap perlu bicara jujur soal perasaan, ekspektasi, dan kenyamanan masing-masing.
4.Waspadai Red Flags
Jangan abaikan tanda-tanda dia tidak serius, seperti sering ghosting atau hanya datang saat butuh.
5.Siap Melepaskan
Kalau kamu makin sering terluka atau merasa tidak dihargai, jangan takut untuk pergi demi kebaikan dirimu sendiri.