KEKER.FAJAR.CO.ID – Di tengah dunia digital yang kini serba cepat, penuh algoritma, dan konten tak berujung, ada satu perasaan yang mulai sering muncul di banyak orang: rindu. Bukan rindu pada seseorang, tapi pada suasana internet dulu era blog pribadi, ringtone polifonik, warnet, dan status Yahoo Messenger. Apakah mungkin kita merindukan versi internet yang lebih… lambat dan jujur?
Internet awal 2000-an terasa seperti taman bermain. Tidak ada tekanan untuk viral, tidak ada FYP, tidak ada FOMO. Kita menulis di blog karena ingin berbagi, bukan demi engagement. Kita menunggu loading foto dengan sabar, dan justru menikmati momen itu. Tidak ada scroll tak berujung karena kontennya, memang, terbatas.
Kini, internet telah berubah menjadi kota besar yang bising. Cepat, canggih, tetapi juga melelahkan. Algoritma membentuk selera, dan privasi menjadi komoditas. Kita tak lagi memilih konten; konten yang memilih kita. Di sinilah nostalgia digital muncul: kerinduan pada versi internet yang terasa lebih manusiawi.
Namun, apakah nostalgia digital sekadar romantisasi masa lalu? Atau justru petunjuk bahwa kita merindukan sesuatu yang hilang?
Berikut beberapa hal yang bisa kita pelajari dari era internet awal:
Keaslian Lebih Berharga dari Kurasi: Dulu, kita tak peduli feed terlihat estetik. Yang penting: jujur dan nyata.
Privasi Itu Berharga: Kita dulu memilih siapa yang tahu kabar kita. Sekarang, semua serba terbuka kadang tanpa sadar.
Koneksi Lebih Bermakna: Satu komentar di blog terasa lebih hangat daripada ratusan likes yang sekarang datang dan pergi.
Internet Bisa Jadi Tempat Aman, Bukan Ajang Lomba: Dulu kita tidak berlomba jadi siapa pun. Sekarang? Semua serba dibandingkan.
Nostalgia digital bukan ajakan untuk kembali ke masa lalu. Tapi sebuah pengingat: bahwa teknologi seharusnya melayani manusia, bukan sebaliknya.
Jadi, apakah kita rindu masa lalu karena kita tua? Mungkin. Tapi bisa jadi, kita hanya rindu versi internet yang membuat kita merasa lebih hidup, bukan lebih cemas.
Fitrah (Universitas Negeri Makassar, Magang PT Fajar Media Koran)