KEKER.FAJAR.CO.ID – Muddatsir Aditya Fadlurahman Nento, siswa SMAN Model Terpadu Madani, menorehkan prestasi membanggakan dengan terpilih sebagai salah satu peserta Program Duta Inisiatif 2025.
Sebuah program pengembangan kepemudaan yang digagas oleh GreenZInitiative Indonesia di bawah naungan Yayasan Dwi Putra Bangsa. Program yang resmi dimulai pada 1 Januari 2025 ini bertujuan membentuk agen perubahan dari kalangan pelajar yang memiliki kepedulian terhadap isu-isu sosial, pendidikan, lingkungan, hingga kepemimpinan digital.
Para peserta mendapatkan akses ke berbagai pelatihan intensif seperti webinar, workshop, dan diskusi bersama para praktisi dan tokoh nasional. Menurutnya, motivasi utama mengikuti program ini adalah keinginan untuk keluar dari zona nyaman dan memperluas dampak dari berbagai kegiatan yang telah ia lakukan.
“Jika saya hanya terus berada di ruang lingkup yang sama tanpa tantangan baru, maka potensi saya tidak akan berkembang secara optimal,” ungkapnya.
Aditya menekankan bahwa peran seorang duta bukan hanya bersifat simbolik, tetapi juga fungsional. Para duta dituntut untuk menyuarakan gagasan dan menginisiasi aksi nyata di lingkungan mereka masing-masing. “Terpilih bukan berarti selesai, justru itu awal dari tanggung jawab,” tuturnya.
Salah satu tantangan terbesar yang ia hadapi selama mengikuti program ini adalah manajemen waktu. Selain kesibukan akademik, ia juga aktif dalam organisasi dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Untuk mengatasi hal ini, ia menerapkan teknik time blocking dan menyusun prioritas dengan cermat.
Dalam mempersiapkan diri mengikuti program ini, Muddatsir juga menggali lebih dalam isu-isu penting seperti pendidikan, pembangunan berkelanjutan (SDGs), dan kebijakan pemuda. Ia melatih kemampuan public speaking dan menulis argumentatif sebagai bagian dari tanggung jawab intelektual yang ia emban.
Tak berhenti di situ, saat ini Aditya tengah merancang sebuah proyek komunitas yang fokus pada isu peningkatan literasi dan pengelolaan sampah di sekolah. Ia percaya bahwa perubahan besar dimulai dari langkah kecil, dan sekolah adalah tempat yang strategis untuk memulai.
“Sering kali, kita merasa belum cukup siap untuk mencoba hal-hal seperti ini. Padahal, kesempurnaan bukan prasyarat untuk berani memulai, tapi hasil dari proses yang kita jalani,” ujarnya.
Dukungan juga datang dari keluarga, khususnya sang ibu, Megawaty Muid, SE, yang berharap pengalaman positif semacam ini bisa menjauhkan anak-anak dari hal-hal negatif, sekaligus meningkatkan kepercayaan diri serta kemampuan berpikir kritis mereka. “Dengan adanya berbagai lomba dan kegiatan yang bersifat positif, saya berharap anak-anak bisa lebih baik lagi dalam membangun kepribadian dan semangat juang mereka,” jelasnya. (*)