KEKER.FAJAR.CO.ID – Merasa tidak cukup. Kalimat itu mungkin terdengar sederhana, tapi bagi sebagian remaja perempuan, itu bisa jadi pergulatan panjang yang menyakitkan. Itulah yang pernah dirasakan oleh Nabila Roidah, siswi SMAN 23 Makassar.
Meski dikenal sebagai siswi yang cerdas dan aktif, Nabila menyimpan perasaan dalam yang tak mudah dilihat orang lain. Ia mengaku kerap merasa belum cukup, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain.
Sekeras apapun usaha yang ia lakukan, selalu ada suara kecil yang mengatakan bahwa dirinya bisa lebih baik, bahwa pencapaiannya belum layak untuk dibanggakan. “Bahkan ketika orang lain menghargai dan memuji, saya tetap merasa belum layak,” cuapnya.
Perasaan itu, katanya, perlahan menggerogoti semangat. Menjadi sumber kelelahan mental dan emosional yang sering kali memicu overthinking. Tapi dari sana pula, Nabila mulai menemukan titik baliknya.
Tidak ada momen besar yang mengubah segalanya. Justru dari momen-momen kecil, ketika usahanya untuk menjadi cukup di mata orang lain tidak berbuah seperti yang diharapkan, ia mulai menyadari sesuatu. Bahwa selama ini, dirinya terlalu keras pada diri sendiri. Terlalu mengejar kesempurnaan, tanpa memberikan ruang untuk lelah, apalagi gagal. Sejak itu, ia mulai pelan-pelan berdamai dengan diri sendiri.
“Saya belajar bahwa tidak apa-apa gagal. Tidak apa-apa merasa lelah. Dan yang terpenting, saya masih pantas dicintai meski tidak berada di titik terbaik saya,” tutur Nabila.
Ia juga belajar menerima kekurangannya, berhenti menyalahkan diri atas hal-hal yang tak bisa ia ubah, dan mulai memberi ruang bagi dirinya untuk tumbuh. Kini, Nabila merasa lebih tenang. Semua rasa cukup dimulai dari satu hal yaitu menerima diri sendiri. (nrf/yuk)