Aku mendamba yang serupa Bulukumba. Sederhana, namun sarat akan makna. Bak masyarakat Kajang, menjaga warisan jiwa. Melangkah tenang di atas bumi, dengan kebijaksanaan yang tak bersuara.
Berprinsip kokoh bak Phinisi yang megah. Menyibak samudera waktu tanpa kenal lelah. Tak gentar meski badai datang mengguncang arah. Selalu maju, menggenggam tujuan dengan tegas dan indah.
Elok dipandang, bak Pantai Bira nan mempesona. Ketenangannya membuai jiwa yang melihatnya. Namun, di balik keelokan itu tersimpan banyak misteri. Di kedalamannya, kutemukan cinta yang abadi dan sejati.
Sikapnya dingin pada yang tak layak disapa. Laksana donggia, menjauh dengan tenang dan juga pasti. Namun, pada cinta sejatinya ia bagaikan kopi kahayya. Hangat mengalir, menenangkan hati dalam tiap cangkir mesranya.
Nurfadilah