KEKER.FAJAR.CO.ID – Halo, Sobat KeKeR! Kalian pernah gak sih tiba-tiba bilang, “Aku kayaknya depresi,” atau “Wah, ini ADHD dan anxiety gue kambuh nih,” cuma gara-gara lihat video di TikTok atau ngerasa relate sama postingan mental health di Instagram? Nah, hati-hati ya, karena itu bisa jadi salah satu bentuk self-diagnose yang lagi sering banget terjadi di kalangan remaja sekolah.
Self-diagnose artinya kita mengira-ngira gangguan mental yang kita alami tanpa bantuan profesional. Biasanya sih berawal dari baca artikel, nonton konten psikologi, atau denger cerita dari teman yang lagi struggle. Ujung-ujungnya, kita jadi merasa cocok dan mulai mengklaim diri sendiri punya gangguan tertentu. Padahal, belum tentu loh!
Kesadaran soal kesehatan mental emang makin naik, dan itu keren banget. Tapi kalau sampai asal mendiagnosis diri sendiri, justru bisa menyesatkan dan bahaya, lho. Misalnya, ngerasa sedih bukan berarti langsung depresi, atau gak fokus bukan berarti pasti ADHD.
Yuk, Lebih Bijak!
- Jangan buru-buru ngasih label ke diri sendiri.
Kenali perasaanmu, tapi tetap realistis dan jangan overthinking. - Konsultasi ke ahlinya.
Kalau emosi udah mulai ganggu aktivitas sehari-hari, ngobrol sama guru BK, psikolog, atau konselor itu solusi terbaik. - Kurangi konsumsi konten yang bikin sugesti.
Terlalu banyak nonton konten mental health bisa bikin kamu makin mikir yang aneh-aneh. - Validasi perasaanmu, tapi jangan berlebihan.
Merasa sedih, lelah, atau cemas itu normal. Yang penting, jangan merasa harus punya gangguan mental biar dianggap “pantas” untuk didengar.
Jadi, Sobat KeKeR, boleh banget kok aware sama kesehatan mental, tapi jangan jadikan self-diagnose sebagai alasan untuk berhenti mencari bantuan yang tepat. Yuk, lebih peduli dan bijak dalam mengenali diri sendiri!