KEKER.FAJAR.CO.ID – Kamu belum mulai, tapi udah ngebayangin gagal. Kamu belum melangkah, tapi kepalamu sudah dipenuhi ketakutan tentang salah, malu, kecewa, dan bagaimana kalau tidak berhasil.
Itu yang sering dirasakan Ainun Aqilah Hasri, siswi SMAN 12 Luwu kelas XI. Ia dikenal sebagai siswa teliti, teratur, dan nggak neko-neko. Tapi siapa sangka, justru tekanan terbesar datang dari pikirannya sendiri.
“Saya takut mencoba hal baru, bukan karena malas. Tapi karena takut mengecewakan orang lain,” katanya.
Ainun seringkali memendam ide saat diskusi kelas, batal daftar lomba yang sebenarnya ia minati, bahkan menunda ikut seleksi OSIS karena rasa nggak yakin bisa. Padahal, teman-temannya percaya dia mampu.
Yang menarik, bukan karena dia tak siap. Tapi karena terlalu banyak skenario gagal yang ia pikirkan padahal belum satu langkah pun ia ambil.
“Saya seperti punya suara kecil yang bilang, ‘kalau kamu gagal, nanti semua orang tahu kamu nggak sehebat yang mereka kira,” cuapnya.
Di balik prestasi dan senyum tenang yang terlihat dari luar, Ainun ternyata menjalani hari-hari dengan standar tinggi yang sering ia buat sendiri. Ia mengaku takut terlihat biasa saja. Takut ekspektasi yang sudah terbangun malah jatuh saat mencoba.
“Tapi saya sadar, nggak mulai itu juga bentuk kegagalan,” tegasnya.
Perlahan, Ainun mulai mengubah caranya melihat kegagalan. Ia mulai ikut rapat OSIS, meski hanya duduk mendengarkan. Ia mencoba mengirim karya tulis ke lomba sekolah, walau belum lolos tahap awal. Ia belajar menerima bahwa takut gagal itu wajar, tapi membiarkan rasa takut menghentikan langkah adalah pilihan.
“Sekarang saya berusaha mikir gagal ya udah, paling nggak aku belajar sesuatu. Lebih enak gagal karena nyoba, daripada nyesel karena nggak pernah mulai,” tandasnya. (nrf/yuk)
