Ini Alasan Kenapa Gen Z Punya Hubungan yang Mudah Putus

  • Bagikan

KEKER.FAJAR.CO.ID – Punya pacar gampang, tapi kenapa putusnya juga gampang banget? Fenomena ini lagi rame banget di kalangan Gen Z, Sobat KeKeR.

Di era serba cepat kayak sekarang, urusan cinta pun ikut berubah. Hubungan gampang jadian, tapi juga gampang bubar. Kenapa sih ini bisa terjadi? Apa memang cinta di zaman sekarang sudah kehilangan makna?

Nah, berikut ini alasan gen Z hubungannya mudah putus di tengah jalan. Cekidot!

1.Aplikasi Kencan

Hadirnya aplikasi kencan bikin cari pasangan semudah geser layar. Ketemu orang baru? Tinggal swipe kanan. Nggak cocok? Swipe kiri aja. Dari sini lahir budaya serba instan dalam percintaan. Nggak perlu waktu lama buat jadian—cukup chat seru dan klik chemistry sedikit, langsung deh pacaran.

Tapi, kemudahan ini juga bikin banyak yang tidak serius. Begitu ada masalah, bukannya diselesaikan, malah nyari yang baru. Seakan-akan hubungan jadi kayak barang di e-commerce: kalau nggak cocok, tinggal cari yang lain. “Pilihan terlalu banyak bikin orang susah fokus sama satu orang.” Akhirnya, komitmen jadi barang langka di era digital ini.

2.FOMO dan Ekspektasi Tinggi

Gen Z juga sering terjebak FOMO alias Fear of Missing Out. Mereka suka bandingin hubungannya sama yang kelihatan di media sosial. Lihat pasangan lain pamer hadiah, liburan, atau dinner fancy, langsung pengen juga. Kalau nggak kesampean, gampang baper dan kecewa.

Media sosial bikin standar hubungan jadi tidak realistis. Semua terlihat indah di feed Instagram atau TikTok, padahal kenyataannya belum tentu seperti itu. Akhirnya, kalau pasangannya tidak sesuai ekspektasi, gampang banget mutusin. Banyak hubungan gagal karena cuma dibangun di atas ekspektasi, bukan realita.

3.Chat Doang Nggak Cukup

Meski Gen Z jago banget di dunia digital, ternyata komunikasi soal perasaan masih jadi PR. Ketika ada masalah, bukannya ngobrol baik-baik, malah ghosting atau nge-block. “Ngilang” dianggap solusi, padahal bikin masalah makin rumit.

Belum lagi faktor emosi yang masih labil. Bosan dikit, ribut kecil, langsung mikir putus. Padahal ada cara buat selesaikan masalah kayak face-to-face. Tapi karena semuanya serba online, banyak yang lupa kalau hubungan butuh komunikasi nyata, bukan cuma teks di chat.

Sobat KeKeR, hubungan yang cepat kandas ternyata bikin efek ke mental juga. Banyak yang jadi stres, insecure, bahkan takut jatuh cinta lagi. Ada yang merasa gagal, ada juga yang jadi tidak percaya sama konsep komitmen. Ini bisa berpengaruh ke cara mereka membangun relasi di masa depan.

Solusinya? Belajar komunikasi dan kelola ekspektasi. Hubungan itu bukan cuma soal perasaan, tapi juga usaha dan komitmen. Kalau mau hubungan sehat, jangan cuma andalkan keseruan awal. Bangun kedekatan yang bermakna, ngobrol jujur, dan jangan gampang bandingin sama yang ada di sosmed.

Gen Z punya segalanya serba cepat, termasuk urusan cinta. Tapi kalau mau hubungan langgeng, jangan cuma fokus cari yang instan. Ingat, cinta bukan sekadar klik dan swipe, tapi tentang bagaimana kita mau berusaha, memahami, dan bertahan.

Adinda Khoirunisa

  • Bagikan