[Cerpen] Istana Terakhir

  • Bagikan
Dok.Pribadi/Yutsani Lesty Handayani Yunus

KEKER.FAJAR.CO.ID – Angin malam yang masuk melalui jendela kamar dengan angkuhnya menampar pipi seorang gadis berkacamata.

Suasana sejuk membuat pikirannya melayang. Hampir saja gadis itu terbuai dengan kesejukannya yang dahulu hanya dirasakan di rumahnya. “Ahh, aku rindu rumah,” gumamnya.

“Tidak, aku harus bangun! Malam ini kan jadwal belajar malam,” upaya gadis tersebut menyadarkan diri. Kemudian berlari menuju toilet asramanya.

“Lani! Ada apa? Kamu terlihat sangat pucat?”

Suara itu mengejutkannya, membuatnya refleks menoleh. Ternyata sekamarnya, Ainul. Tanpa menjawab, Lani kembali melanjutkan cuci muka. Kemudian, kembali ke kamar dengan kepala sangat pusing.

Gubrakkk…


Lani terbangun di ruangan berwarna putih setelah koma beberapa hari. Ruangan dengan aroma khas obat-obatan yang dapat ditebak dengan mudah. Lani menatap setiap sudut ruangan. Ruangan yang sangat Lani benci. ICU.

“Jika Anda ingin membawanya, risikonya sangat besar. Kami dari pihak rumah sakit tidak bertanggung jawab atas apapun yang terjadi.”

Seseorang membuka pintu, rupanya ibu. Lani menatap raut wajah wanita paruh baya yang datang menghampirinya. Meraih tangannya yang diinfus lalu menciumnya. Rasanya sangat hangat. Setetes air mata mengalir. Bibirnya terasa kaku. Bu, aku rindu.


Pagi itu tidak seperti pagi biasanya. Awan kelabu menutupi sinar mentari. Seorang lelaki mempercepat langkahnya mendorong kursi roda yang tengah Lani duduki.Dengan perlahan memasuki tempat yang sangat Lani rindukan. Rumah yang Lani jadikan istana pada dongeng yang pernah dibuatnya.

Dongeng dengan ribuan kebahagiaan yang dialami oleh seorang putri cantik yang hidup bahagia dengan orang tua dan saudara-saudaranya. Dongeng dengan harapan bahwa Lani–lah yang menjadi putri cantik itu. Namun, takdir berkata lain. Lani hanyalah gadis kecil yang dikirim di sekolah berasrama, karena orang tua yang sibuk. Saudaranya juga punya kehidupan sendiri.

Kini Lani merasa bahagia. Impiannya berkumpul bersama keluarga kini terwujud. Meskipun harus terbaring lemah, tetapi rasanya sangat menyenangkan.

  • Bagikan