“Iya.” jawab Azka dengan datar.
“Pindah gak!!!”usir Ofy dengan nada tinggi tanpa menyadari bahwa ia berada dalam perpustakaan.
“Gak, kan gue udah bilang, gak ada tempat kosong!!!” jawab Azka dengan nada setingkat dengan Ofy.
“ELOFY! AZKA! Kalian bisa diam? Ini perpustakaan, bukan lapangan!” tegur sang pengawas perpustakaan kepada Ofy dan Azka.
“Bisa bu” jawab Ofy dan Azka bersamaan dengan kepala tunduk.
“Lebih baik kalian liat pamflet di dinding itu.”suruh sang pengawas kepada mereka berdua.
Dengan cepat mereka berdua berdiri dan melihat pamflet tersebut, dan ternyata isi pamflet tersebut adalah BAO (Bussinnes Administrasi Olympic) yang akan dilaksanakan pada dua bulan depan dan mereka juga sangat tertarik untuk mengikutinya karena Ofy dan Azka sangat ingin menjadi pebisnis, walaupun jurusan mereka kurang mendukung cita-cita mereka.
Dua bulan telah berlalu, Ofy dan Azka tak lama lagi akan mengikuti BAO. Selama dua ulan ini mereka sangat tekun belajar, hampir setiap hari mereka terlihat di perpustakaan setiap jam istirahat. Semakin hari Ofy dan Azka semakin dekat karena Olympic ini, bahkan pulangpun Azka selalu mengantar Ofy.
“Gak kerasa yah, besok kita akan kumpul formulir” kata Azka dengan raut wajah yang senang.
“Semoga perjuangan kita menghasilkan yang terbaik” jawab Ofy penuh cemas.
“Cieee sekarang udah tambah deket” teriak Feby dari kejauhan.
Sesampainya di rumah, Ofy bukannya ganti baju, tapi Ofy langsung menghampiri orang tuanya untuk meminta izin. Hanya saja, Ibu dan Ayahnya tidak bisa mengizinkan Ofy mengikuti BAO. Keuangan mereka memang sedang tidak baik, dan untuk membayar administrasi sebesar Rp. 350.000 sangatlah berat bagi mereka. Setiba Ofy di kelas, ternyata Azka telah menunggu Ofy sedari tadi.
“Bagaimana fy?”Tanya Azka dengan senyum mengembang.“Maaf Azka, aku tidak bisa ikut BAO.” Jawab Ofy dengan lesu.“Kenapa?”Tanya Azka penasaran dan bingung melihat jawaban dan keadaan Ofy.
Dengan mata lebam, keadaan lesu, Ofy menceritakan semua yang telah terjadi ketika Ofy meminta izin kepada orang tuanya. Dan Azka sekarang sudah tahu apa yang telah terjadi pada Ofy, kemudian dengan cepatnya ia meninggalkan Ofy dan menghampiri Ayahnya yang seorang pemilik sekolah. Tanpa pikir panjang, Azka langsung saja menarik tangan Ofy dan membawanya ke UNIVERSITAS MALANG, tempat BAO dilaksanakan.
“Di mana kamu dapatkan uang untuk membayarkan administrasiku?” Tanya Ofy bingung dan tak menyangka.
“Ayahku yang membayarkanmu, dan dia tak ingin kamu berbalas budi kepadanya, karena kamu yang telah membuat sekolah kita dikenal sekolah lain dengan olimpiade yang selama ini kau ikuti,” jelas Azka dengan senyum yang semakin terkembang.
Tiba di hari yang sangat menegangkan, Ofy dan Azka yang telah di ruangan melaksanakan BAO. Tiga jam telah berlalu, matahari kini sudah pada puncaknya. Salah satu panitia mendekati papan pengumuman tersebut, dengan membawa kertas di tangannya. Semua orang menunggu dengan hati yang penasaran, dan betul saja itu adalah pengumuman hasil BAO.Azka berada pada nomor dua yang telah pasti akan di terima di Universitas Malang bidang business, ketika mata Ofy melihat nomor satu, ternyata nama yang tertuliskan adalah Elofy Shiren Sunandar, yah benar, itu adalah namanya, ternyata Ofy bisa mendapatkan yang ia harapkan dan impikan selama ini.
Hari demi hari telah berlalu menjadi saksi kesuksesan Azka dan Ofy yang sekarang telah menjadi pebisnis yang sukses di Indonesia. Sekarang mereka telah menjadi sebuah pasangan sukses sejak Azka melamar Ofy di taman UNIVERSITAS MALANG. (*)
Marsyita Azzahra
Makassar, 18 September 2002
SMAN 12 Makassar XII IPS 1
IG @Marsyitazahra