[Cerpen] Dear Athala

  • Bagikan
Photo source: Dok. Pribadi/Orie Priscylla

“Jangan langsung pulang,” tolakku. “Terus?” tanyanya.

“Jalan jalan lagi.”

“Kemana?”

“Terserah, yang penting berdua,” jawabku.

Aku beranjak keluar dari mobil dan duduk di rerumputan. Atha mengikutiku dan duduk di sampingku, dia menarik kepalaku dan menyandarkan ke bahunya. “Aku gak takut kalau gak bisa lihat bintang,” katanya sambil menatapku.

“Karena menurutku, bintang yang paling bersinar dihidupku itu kamu,” lanjutnya.

Aku terdiam mendengar kata kata Atha.

“Kamu itu cahaya di hidupku Ratu, hidupku lebih cerah semenjak ada kamu,” ujar Atha sambil terus mengusap kepalaku.

“Jangan pergi Atha, Ratu udah gak punya siapapun lagi, sisa Atha yang Ratu punya,” pintaku.

Atha mengangguk.

Malam itu, malam paling berkesan di hidupku. Aku serasa menjadi orang yang paling beruntung di muka bumi ini.


Suatu malam di 2020 …..

“Ratu, bagun Ratu.” Aku terbangun jam 5 subuh karena mendengar suara gedoran pintu dan teriakan yang kencang dari luar rumah. Dengan perasaan bingung aku membuka pintu rumahku. Ternyata Rizky, teman Athala. “Kenapa Ri?”

“Athala kecelakaan Ratu, dia sekarat. Sekarang kamu ganti baju, kita ke rumah sakit.” Aku terdiam, pikiranku benar benar kosong, aku terdiam di tempat.

“Ratu, kok malah bengong, eh ganti baju Ratu.” Rizky membuyarkan lamunanku. Aku mengunci rumahku dan mengikuti Rizky ke dalam mobil. Di sepanjang perjalanan Rizky terus bercerita kenapa Athala kecelakaan. Aku tidak mencermati apapun yang dia katakan. Aku cuma terdiam menatap jalanan dengan tatapan kosong.

Setibanya di rumah sakit, firasatku mulai buruk. Aku sudah menduga ada hal buruk yang terjadi. Aku mendapati ibu Athala yang menangis di dalam pelukan Azka, kakak Athala.

Ada ayah Athala juga yang tidak berhenti memukul dinding sambil menangis. Ibu Athala yang melihat kehadiranku berlari memelukku. “Bunda, Athala di mana?” tanyaku.

Ibu Athala tidak menjawab, dia hanya menunjuk ke sebuah ruangan. Kubaca nama ruangannya dengan saksama ‘kamar mayat’.

“Hah, maksudnya?” tanyaku kebingungan.

“Athala sudah tidak ada Ratu,” jawab kak Azka.

Aku tidak ingat apa apa setelah itu. Aku Cuma ingat penglihatanku buram dan aku pingsan.


Waktu terus berjalan.

Dear Athalla, aku rindu senyummu, aku rindu aroma tubuhmu, aku rindu pelukanmu, aku rindu bahu yang selalu kujadikan sandaran, aku rindu suaramu, aku rindu notif pesanmu, aku rindu riwayat panggilanmu, aku rindu setiap bagian darimu.

Aku selalu berdoa, agar Tuhan bisa mengembalikanmu padaku walau sehari saja. Aku ingin melihatmu, walau hanya sekedar mimpi, karena aku sadar, aku tidak bisa melihatmu secara langsung lagi.(*)

Nama Orie PriscyllaSekolah SMA Katolik CendrawasihInstagram Oriepriscyllaa_

  • Bagikan

Exit mobile version