[Cerpen] Andaikan

  • Bagikan

Mobil itu berhenti di sebuah rumah. Rumah itu dipenuhi oleh remaja lainnya yang telah diselamatkan oleh ‘malaikat-malaikat’ tadi. Keadaan mereka memang memprihatinkan. Namun mereka sangatlah beruntung, karena mereka dapat bertahan dari keberingasan makhluk yang entah masih bisa disebut sebagai manusia atau tidak. Gadis itu tidak mengeluarkan kata sepatah pun. Ia bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi barusan.

Huru-hara di luar masih terus terjadi. Pertokoan dihancurkan, dijarah, bahkan dibakar. Rumah-rumah dibobol dan dirampok. Anak-anak terpisah dari keluarga mereka. Semakin banyak korban yang berjatuhan. Dan tidak semuanya selamat.Semua itu hanya karena ras.

Luka-luka gadis itu berhasil disembuhkan. Dan sekarang adalah kunjungan ketiganya ke psikiater. Diagnosis psikiater itu sangat jelas. Ia menderita PTSD. Ia menjalani terapi selama 90 menit setiap pekannya. Psikiater akan membantunya untuk mengatasi kecemasan yang ia alami dengan memberikan teknik-teknik untuk menghadapinya.

Memang tak mudah untuk menyembuhkan luka yang amat dalam. Tapi inilah satu-satunya usaha yang dapat ditempuh untuk mengembalikan senyuman di wajah gadis itu. Untuk membuat kehidupan gadis itu normal kembali.

???Wanita itu melepas kacamatanya. Ukuran kacamata itu memang tidak cocok untuknya sehingga membuat kepalanya pusing. Tetapi bukan karena itu ia melepasnya. Curah air mata yang berjatuhan sudah tidak bisa ia kendalikan. Hatinya remuk. Kalau sudah begini, antidepresan pun tak akan membantu. Terapi selama lima tahun sia-sia. Karena selembar berita di koran, pikirannya kembali mengingat peristiwa mencekam itu. Ketika manusia pun bisa menjadi sebengis dan sebrutal itu kepada manusia lainnya.Tak jauh berbeda dengan binatang.

Versi 11 tahun dirinya mungkin akan menyalahkan semuanya pada kesialan angka 4. Dari dulu ia tak setuju orang tuanya membeli ruko nomor 4 itu. Tapi dia sekarang jauh lebih dewasa. Jelas kejadian itu bukan kesalahan dari mitos belaka.

Andaikan ia tidak menawarkan diri untuk menjaga toko. Andaikan ia menuruti ajakan temannya untuk belajar bersama. Andaikan ia menutup toko lebih awal. Andaikan orang-orang itu memiliki sedikit rasa iba.Andaikan aparat bertindak lebih cepat. Andaikan orang tuanya tidak dibakar hidup-hidup di dalam rumah. Andaikan Kerusuhan Mei 1998 tidak pernah terjadi. (*)

Fathiyah Nur ShohwahMAN 2 Kota MakassarIG: @f_nur184

  • Bagikan

Exit mobile version