KEKER.FAJAR.CO.ID – “Hahaha, mantul Ga. Rasain tuh bu!”tawa itu bergaung keras memenuhi gudang sekolah. Di dalam sana nampak tiga orang remaja laki-laki yang sibuk dengan rokok masing-masing di tangan dan sebuah layar yang mengarah ke dinding. Ketiganya bertos kemudian kembali tertawa dengan keras.
Suara sepatu tanpa hak itu terdengar begitu jelas. Murid-murid yang awalnya gaduh seketika diam di bangku dengan pura-pura membaca buku Fisika Kelas 11.Bu Siska memasuki kelas bersama senyum yang kata banyak murid, cantik nan manis. Tapi menurut Saga dan teman-temannya, Bu Siska hanya pengganggu yang suka sekali mengadukan mereka kepada orang tua.
Bu Siska selain menjadi guru pelajaran Fisika, ia pun menjadi guru BK yang bertugas mengurus murid-murid bermasalah. Namun, selama masa jabatan Bu Siska sebagai pemilik ruangan BK, tidak ada satu pun siswa yang dikeluarkan ataupun diskors.
Sudah banyak guru yang memprotes sikap tersebut. Tetap saja, Bu Siska tidak pernah berubah. Kepala sekolah juga menyukai cara Bu Siska memperlakukan anak-anak remaja yang masih mencari jati diri.“Hai semua. Apa kabar kalian?” Sapaan riang ditambahi pertanyaan dengan mimik ramah membuat siswa kelas 11 IPA lantas bersemangat untuk belajar.
Tapi, walaupun Bu Siska layaknya malaikat yang turun dari kahyangan, ternyata ia lebih kejam dari guru lainnya dalam memberikan tugas yang harus dikerjakan di rumah. Jika didapat dikerjakan di sekolah, surat panggilan orang tua akan hadir
Bu Siska meraih spidol di atas meja guru kemudian mulai menulis di papan, proses belajar-mengajar pun dimulai. Ada beberapa murid yang tertidur. Biasanya mereka adalah penghuni kursi belakang. Bu Siska tidak masalah dengan itu, asal mereka janji dapat belajar kembali, paham, dan tentu saja menyelesaikan tugas rumah.Salah satu murid yang tidur dengan pulas di belakang adalah Saga. Kedua temannya, Gilang dan Aron, untuk hari tidak mau lagi mendapat hukuman membersihkan kamar mandi gedung B.
“Boleh bangunkan Saga, Aron?” Permintaan Bu Siska membuat banyak pasang mata di kelas memperhatikan mereka. Semuanya sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Aron lekas menggoyangkan lengan atas Saga. Saga mengerung kecil kemudian matanya terbuka sipit.
“Apaan sih Ron. Ganggu lu! Gue mau tidur lagi.”protes Saga. Kepalanya ia balikkan ke sebelah kiri agar tidak terlalu menganggunya. Bu Siska memberi isyarat kepada Aron untuk kembali membangunkan Saga. Aron langsung bertindak cepat, sia-sia belajarnya nanti jika pada akhirnya ia ikut dihukum karena tidak berhasil membangunkan Saga.“Kebo, bangun lu.”teriak Aron tepat di telinga Saga. Remaja yang tadinya tertidur pulas itu langsung mengangkat kepala dari meja diikuti dengan tangannya yang bersiap menghantam siapa saja yang menganggunya. Baru saja tangan itu ingin mendarat ke kepala Aron, teriakan Bu Siska yang terlihat menyeramkan menghentikan aksi Saga. Saga membalikkan kepalanya begitu mendengar amarah Bu Siska. Mati dia.
“Cabut yok. Nongkrong kemana kek.”ajakan itu datang dari mulut Aron yang kemudian disetujui oleh kedua temannya. Lantas mereka beranjak dari sofa kotor yang tedapat di gudang.Gilang melangkah duluan kemudian membuka pintu, matanya langsung menangkap Bu Siska bersama dengan kedua orang tuanya. Menoleh sedikit, bisa ia dapatkan ibu Aron dan juga ayah Saga. Sepertinya sebentar lagi bukan hanya hukuman membersihkan kamar mandi, namun lebih besar dari itu.“Lang, lu kok diam?”tanya Saga yang bingung dengan diamnya Gilang. Segera Saga mendekat, Aron yang penasaran pun mengikuti dari belakang. Mata keduanya melotot kaget. Ingin lari sekarang juga kalau bisa, tapi nyatanya hal itu mustahil. Tamatlah riwayat mereka.