[Lomba Menulis] Surat untuk Gubernur

  • Bagikan

KEKER.FAJAR.CO.ID – Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sehat pak gubernur. Semoga pak  gubernur senantiasa sehat dan diberkahi dalam mengurus tugas negara ini.  Alhamdulillah, Sulawesi Selatan sudah masuk zona kuning. Kegiatan publik sudah bisa  mulai dibuka. Termasuk sekolah-sekolah di Sulawesi Selatan ini. Saya masih ingat kondisi di awal  pandemi, disaat belajar online dimulai. Terlalu banyak peristiwa yang terkadang membuat kita  sedih, kesal dan terkadang pun kami terhibur.  

Pak gubernur yang saya hormati, saya adalah siswa baru saat belajar online mulai  diterapkan. Saya tidak merasakan sama sekali suasana belajar di SMA secara langsung seperti  yang diceritakan oleh kakak-kakak saya. Saya juga hingga sudah tahun kedua di sekolah ini, masih  juga belum mengetahui lokasi-lokasi inti di sekolah saya. Lokasi inti yang saya maksud, selain  laboratorium dan ruang guru juga termasuk spot-spot aman dan nyaman untuk menghindar apabila  ada razia seragam lengkap. Maklum, saya sering lupa pake dasi sekolah.  

Belum lagi teman-teman saya. Saya belum mengenalnya dengan baik. Saya belum tahu mana yang perawakan tinggi dan mana yang agak rendah. Dari sistem pembelajaran saya pun 

banyak mengalami ‘cobaan’. Bisa dibayangkan, saat akan presentasi saya sudah menyiapkan  materi dan perangkat online yang memadai, agar saat tiba gilira, saya bisa fokus presentasi. Saya  sudah sampaikan ke seisi rumah agar antara jam sekian, jangan ada yang beraktifitas yang ribut.  Maklum, kompleks rumah kami tergolong tenang, desir angin saja jelas kedengaran.  

Namun, saat tiba giliran saya presentasi, cobaan pertama mulai datang. Langganan ikan  ibu, terus-menerus berteriak depan rumah agar ibu segera membeli. Setelah ibu berhasil mengatasi  tukang ikannya, datang pula cobaan kedua. Anak tetangga yang kamarnya pas bersebelahan  dengan kamarku, dimarahi dengan sangat keras oleh ibunya saat diajar membaca. Bisa  dibayangkan kalo ibu-ibu lagi marah, berapa ratus kata yang bisa keluar dalam semenit. Semua  kata-katanya memenuhi gendang telinga, akhirnya presentasiku berakhir dengam ‘unhappy  ending’. Padahal saya termasuk 3 besar di kelas. Terbayangkan gimana kesalnya, mau teriak dan  nangis juga tidak menambah baik situasi. Dan ini kerap terjadi, tidak hanya saat presentasi, tapi  juga saat menjawab pertanyaan/quiz dari guru. Suasana tenang atau gaduh seringkali jadi faktor  penentu keberhasilanku menjawab soal.  

Pak gubernur yang saya sayangi, saya bukan mau curhat, hanya ingin menyampaikan yang  saya alami selama daring ini. Ada beberapa guru yang mewajibkan oncam saat mata pelajarannya,  padahal saat oncam banyak hal-hal yang tidak perlu terlihat akhirnya terlihat juga. Semisal, ibu  yang cuman dasteran menyapu ataupun beberes rumah. Dan uniknya, jam kerja ibu biasanya  berbarengan jam onlineku. Ibu dengan entengnya mondar mandir nyapu sana nyapu sini saat saya  lagi oncam. Mau pindah posisi, khawatir tidak dapat signal bagus. Terpaksa dijalani dengan beribu  rasa yang bercampur aduk. Belum lagi suara bising dari renovasi rumah tetangga yang iramanya  sangat tidak menentu membuat rasa kesel makin komplit. 

  • Bagikan