[Lomba Menulis] Surat untuk Gubernur

  • Bagikan

            Pandemi Covid-19 memaksa kami harus belajar dari rumah. Hal ini dilakukan untuk menekan penularan/penyebaran corona secara luas, membuat lumpuhnya seluruh aktifitas masyarakat termaksud aktifitas belajar mengajar secara tatap muka. Tetapi hal tersebut tidak membuat semangat kami ikut lumpuh, lewat daring.

Mendengarkan kata daring,  yang terlintas di dalam pikiran saya adalah bahagia bercampur bingung. Bahagia karena bisa tetap di rumah dan menghabiskan banyak waktu bersama dengan keluarga. Bingung karena berpikir bagaimana pembelajaran apakah  bisa tetap efektif atau tidak. Tetapi ya! benar saja, setelah saya jalani. ketakutan yang saya bayangkan tentang ketidak efektifan pembelajaran pun terjadi.

            Selama melakukan pembelajaran secara online banyak masalah yang harus saya lewati salah atunya adalah masalah jariangn, di tempat saya tinggal tepatnya di Panyurak, Desa Lunjen, Kec Buntu Batu jaringan memang agak bagus tetapi awal dilakukan belajar online, di kampung kami sangat sering terjadi mati lampu.  Hal ini berakibat untuk menerima dan mengirumkan tugas kepada guru. Dan kadang kala katika tugas yang diberikan oleh guru mendesak untuk diperiksa  membuat saya terpaksa untuk pergi ke gunung yang jaraknya lumayan jauh dari rumah saya dan tidak jarang ketika saya sudah sampai di atas gunung batas waktu pengiriman tugas pun telah habis yang berimbas pada kurangnya nilai.

            Hal lain yang mempersulit saya dalam pembelajaran online adalah masakah kouta, karena corona membuat perekonomian keluarga saya menurun  yang membuat saya kadang-kadang malu untuk meminta uang kouta terus-menerus kepada orang tua. Dimana yang biasanya kouta 100 ribu rupiah dapat saya gunakan satu bulan tetapi, pada saat sekolah online kouta 100 ribu rupiah habis hanya dalam jangka waktu 10 hari saja. Sehingga dari itu untuk memenuhi semuanya kadang kala saya harus menyisihkan jajan dan bahkan harus mencari uang tambahan pada saat hari libur untuk memenuhu kebutuhan kouta untuk belajar.

            Kebingungan saya pun bertambah pada saat masa sekolah online terus diperpanjang.bukan lagi hanya bingung soal uang  kouta. Tetapi ditambah lagi soal bagaimana ke depannya, bagaimana soal ulangan, ujian, nilai dan tes ke perguruan tinggi nantinya, apalagi tak terasa saat ini saya sudah kelas 3 sedangkan pembelajaran secara online banyak yang tidak dipahami. Hal ini mungkin disebabkan karena tidak bertemu langsung dengan guru dan faktor lingkungan yang membuat turunnya semangat untuk belajar.

            Tetapi saya tetap berprasangka baik, Allah punya rencana indah. Karena pandemi  juga saya paham arti perjuangan. Tentang bagaimana sulitnya berjuang untuk mendapatkan nilai, tentang bagai mana sulitnya mencari uang, tentang bagai mana sulitnya harus sabar melewati masa-masa sulit seperti saat ini dan tentang bagai mana caranya berhemat dan menabung. Hormat Dzulhijah.

  • Bagikan

Exit mobile version