[CERPEN] NARALAM SEMESTA

  • Bagikan

“Baru ngumpulin absen?”, ucap seseorang tiba-tiba.

“Heuh.. kaget banget tau! Yaiyalah, mau ngapain lagi!”, seru ku tanpa pikir akan lawan bicaraku.

“Hahaha ya sorry. Aku nanya aja elah.”, katanya sambil terkekeh.

“Ehh, sorry.”, aku melihat lambang kelas nya. Heuh, mampus. Ternyata kakak kelas. Dan kabar buruknya yaa dialah seseorang yang kemarin duduk selama 8 menit di depanku. Ya siapa lagi kalau bukan Alam.

“Pulang naik apa?”

“Hah?”

“Kamu pulangnya naik apa?”, ia mengulang pertanyaan nya.

“Ohh, ehh, angkot kak.”

“Yaudah kita pulang bareng aja.”

“Heuh, ni orang ngajak orang pulang kek ga ada beban-bebannya.”, gumam ku dalam hati.

“Masih ga mau?”, tanyanya.

“Eh, kak Alam rumahnya di mana?”

“Lah, kok kamu yang nanya aku sih. Aku yang harusnya nanya, kamu rumahnya emang di mana?”, tanyanya balik.

“Ehh iyaa ya. Tapi takutnya lawan arah, kak.”

“Jadinya rumah kamu di mana?”, lagi-lagi ia bertanya.

“Ke arah barat kak.”

“Sejalur kok. Yaudah ayo.”, tukas nya lantas segera menuruni tangga.

“Ya Tuhan.. cobaan apalagi ini.”, ucapku atas segala kegilaan ini.

Sejak hari itu, seorang lelaki tinggi dengan motor metic andalan nya dan tak lupa dengan kebiasannya membawa 2 helm serta kerap dipanggil “kak Alam”, menjadi sering berbicara denganku. Ternyata aku salah, ia bukan tipe pendiam, malah sebaliknya. Ia juga humoris. Terlebih dengan hatinya yang terlalu baik itu sering kali membuat orang-orang sekitarnya menjadi salah paham. Termasuk aku. Kedekatan kami selama beberapa bulan terakhir membuatku benar-benar lupa akan fakta bahwa orang ini hanya sekedar orang asing untukku. Dan ya, tak terelakkan lagi, karena hari yang terus berjalan seharusnya membuatku sadar bahwa rasa yang harusnya muncul hanyalah sebatas itu dan seterusnya pun begitu.

Tinggal menghitung hari dari hari graduation Alam tiba. Hari ini special sekali rasanya. Bagaimana tidak? Selama beberapa bulan semenjak pulang bersama nya hari itu, ini lah kali pertama seorang Alam tiba-tiba mengajakku untuk keluar. Katanya sih hanya jalan-jalan sebentar, sekalian melihat sunset bersama.

Benar sekali katanya. Ia membawaku ke sebuah pantai terdekat. Sejujurnya aku selalu ke sini sendirian, namun ketika minggu-minggu ujian telah dekat, aku hanya bisa untuk fokus belajar saja. Tapi kali ini, kunjungan ke pantai ini tak seperti biasanya. Yaa karena saat ini Alam ada bersama ku. Tak banyak kegiatan yang dapat kami lakukan. Hanya duduk dan bertukar cerita sesekali mendengar lelucon tak masuk akalnya yang selalu membuat ku tertawa. Hingga yang ditunggu pun telah menunjukkan tanda-tanda.

Matahari telah mendekati garis antara laut dan langit. Burung-burung terlihat terbang melintasi langit dengan leluasa. Angin yang berhembus melewati segala celah yang dapat mereka tembus. Matahari terus turun. Serta langit mulai mengubah warna nya. Cantik sekali. Sekarang aku percaya bahwa sunset memang tak terkalahkan lagi kecantikannya. Kami membisu sejenak, menikmati pemandangan indah di depan kami.

“Bukit. Malam itu, kamu ga mau pulang sama aku karena aku pakai motor ya? Atau kamu takut kena hujan?”, tanya Alam tiba-tiba.

“Hah? Hahahaha ga lahh. Yakali.. ga ish. Kak Alam ada-ada aja.”, jawab ku sambil terkekeh.

“Hmm yaa siapa tau kan. Btw nama asliku Naralam, Kit.”, ucapnya. Aku menatapnya dengan tatapan tak mengerti.

“Aku belum memperkenalkan diriku sejak pertama kali kita bertemu. Hari ini aku perkenalkan. Aku, Naralam. Naralam Semesta.”, jelasnya.

“Nama yang bagus. Aku lebih suka jika kak Alam dipanggil Naralam. Lebih cool.”, jawabku disertai senyuman lebarku.

Untuk aku sendiri, tak masalah jika sampai akhir pun, Alam tak memperkenalkan dirinya. Namun, yaa mengingat jika kelakuannya tak aneh, maka bukan Alam namanya, jadi yasudahlah. Naralam memang sering bertingkah random. Aku sendiri pun sampai pusing sendiri memikirkan isi kepalanya yang entah sedang memikirkan apa. Naralam adalah tipe orang yang tak mudah untuk ditebak. Ia misterius. Hanya orang-orang tertentu yang bisa benar-benar mengerti akan dirinya. Dan yaa, aku rasa, dari sekian banyak Cerita Bukit yang aku ceritakan, Naralam telah memberi ending yang benar-benar bahagia untuk aku sendiri. Karena memang, pada akhirnya aku dan Naralam tak berakhir sesia-sia itu. (*)

Zakira GaesaniAsal Sekolah : SMAN 21 MakassarIg : @z_ny__

  • Bagikan