[CERPEN] NARALAM SEMESTA

  • Bagikan

KEKER.FAJAR.CO.ID – Sabtu malam ini hujan menguyur seluruh kota tanpa sesenti pun terlewatkan. Angin sepoi-sepoi yang biasanya menemani para manusia kesepian di hiruk-piruk keramaian pasangan kini telah hilang digantikan udara dingin yang dibawa oleh hujan sejak tadi.

Suara genteng yang amat berisik akibat ditimpa rintik hujan juga turut meramaikan sabtu malam kali ini. Kabar buruknya lagi, aku sedang terjebak dalam ruang sesak yang dipenuhi oleh berbagai tawa dan perbincangan berisik antar satu dengan yang lainnya. Well, mari kita flashback ke sehari sebelumnya.

“Kit, besok si Kinan ultah nih! Kamu datang, kan?” tanya Lana. Yaaa, perkenalkan namanya Yuliana namun ia lebih suka dipanggil Lana saja. Lana adalah teman sebangku sejak aku masuk di SMA ini.

“Ga ahh.. besok aku ada kerjaan nih, Lan. Sorry yaaa”, jawabku dengan cepat.

“Ahh kamu mah selalu aja punya kerjaan, Kit! Ayoo lahh! Kalau ga sama kamu, aku jadi sendiri gitu nantinya:(“, ucap Lana membujuk. “Hmm besok deh diliatnya, yaa..”, tawarku. “Gaa! Harus hari ini! Pliss ikut yaa!! Yaa!!”, lagi-lagi bujuknya dengan wajah memelas. “Emang acaranya jam berapa?” tanya ku. “Yess! Jam 4. Tapi kata Kinan biar datang malem gapapa kok, Kit. Kita datangnya malem aja, kan kamu ada kerjaan..”, jawabnya.

“Ehh tapi Lan—”.

“Udahh ya, Kit. Ojol aku udah sampai tuh! Byee!! See u~”, potong Lana dengan sigap dan langsung berlari ke arah luar gerbang.

Tak apa-apa, lagi si Lana ini emang orang yang paling semau-maunya aja. Walaupun begitu, selama hampir 2 tahun mengenalnya, Lana adalah teman terbaik untukku. Jika bukan dengan Lana, mungkin sampai hari ini pun aku hanya akan menghabiskan masa-masa SMA dengan belajar, belajar, dan belajar.

Dan yup, malam ini lah. Malam yang amat membuatku kewalahan sendiri. Bagaimana tidak? Perkataan Lana kemarin lalu itu tak ada benarnya. Eh ada sih, yaitu fakta bahwa Kinan ulang tahun dan datang malam pun tak ada masalahnya. Namun sisanya hanyalah angan belaka. Karena lihatlah, Lana si sang extrovert itu sudah menghilang sedari kami sampai di café ini.Dan kini, aku hanya bisa menatap kosong ke arah luar café.

Sejujurnya, aku benar-benar berterima kasih kepada hujan yang tak menunjukkan tanda berhenti itu. Karena hanya hujan inilah yang menemaniku sejak Lana meninggalkanku dengan pesan singkatnya agar aku mendapatkan kenalan baru di sini. Tapi lihatlah, 30 menit berlalu, hal tersebut benar-benar terlihat layaknya harapan belaka. Tak ada satu pun yang terlihat ingin mengisi satu bangku kosong di depanku. Dan yaa, aku tetap sendiri sejak 30 menit tersebut berjalan. Sejujurnya aku sih tidak peduli, karena kesendirian ini terasa lebih baik dibandingkan jika seseorang yang sama sekali tak aku kenal tiba-tiba memutuskan untuk duduk di depanku lantas mengajakku berbicara omong kosong.

Semenit berlalu, tepat aku duduk sendirian selama 31 menit dan memikirkan hal-hal yang biasanya kupikirkan, seseorang yang tak aku kenal lantas menaruh minumannya di mejaku. Tatapan kosongku terhadap hujan kini telah putus sejak ia memutuskan untuk membuka suara terlebih dahulu.

“Haii.”, katanya singkat. “Ohh.. haii..”, jawabku ragu-ragu sekaligus terkejut akan kehadirannya yang tiba-tiba. “Temannya Kinan?”, tanya nya. “Iyaa, temen sekelas.” jawabku singkat. “Hmm”, ia menganggukkan kepala lantas meneguk minumannya yang jika diperhatikan, ia sama sekali belum meminumnya sejak tadi.

Orang ini bukan tipe yang banyak bicara rupanya. Hampir 7 menit kami duduk bersama namun tak ada satupun percakapan setelah pertanyaan tadi. Mungkin, jika dilihat dari sisi lain, kami berdua tampak duduk dengan segala kecanggungan yang ada. Aku benar-benar membisu, bukan karena aku enggan mengajaknya berbicara, namun aku tak tau harus membicarakan tentang apa. Dan sepertinya, dia juga sama.

“WIHHH ADA ALAM NIHH!”, teriak Lana dari arah belakang orang tersebut. “Woi, Lan. Bisa ga sih, ga usah heboh gitu. Berisik tauu..”, tegur orang tersebut. “Cielah Alam, kamu kek baru kenalan sama aku aja! Ya ga bisa lah!”, respon Lana tampak sedikit kesal.

“Eh, Kit. Sorry banget, tadi aku kebablasan ngegosip di sana, sampai lupa kalau aku bawa kamu.”, ucap Lana sambil berjalan ke arahku.

“Teman kamu, Lan?”, tanya orang yang kerap dipanggil ‘Alam’ oleh Lana tadi. “Iyaa nih. Kenapa? Eh tunggu. Kalian duduk bareng gini tapi belum kenalan emang!?”, lagi-lagi Lana membuat keadaan menjadi over-heboh.

“Lan. Kita udah bisa pulang ga sih?”, aku memutus kehebohan tak jelas Lana sebelum ia lebih menjadi-jadi. “Bisa sih. Tapi aku belum mau pulang nih, Kit.”, jawabnya. “Yeuy, jadi masa aku pulang sendiri sih, Lan?”, tanya ku sedikit kesal.

“Aku juga udah mau pulang. Mau bareng?”, ucap Alam menawarkan diri. “Ehh, gapapa dehh, aku pulangnya sendiri aja.”, jawabku cepat. “Kenapa!?”, tanya Lana dengan intonasi hebohnya. “Ehh yaa ga aja.. gapapa kok. Aku bisa pesan mobil online sendiri. Thankss yaa atas tawarannya.”, aku bergegas merapikan barangku lalu pamit ke Kinan lantas berjalan cepat menuju ke teras café untuk memesan mobil online. Malam itu, aku pulang sendirian dan syukurnya dengan selamat.

Besoknya hujan telah selesai dengan tugasnya. Matahari kembali menyambut dunia dengan riang. Aku melakukan beberapa pekerjaan rumah yang seharusnya aku lakukan semalam namun ter-skip oleh ulang tahun Kinan. Hari ini berjalan seperti weekend pada umumnya. Aku menghabiskan sisa waktu libur dengan menonton drama korea yang seminggu lalu tak habis ku selesaikan.

Siap dengan segala tekanan hari senin. Yaa, senin kembali menyapa tanpa ada rasa bersalah sedikit pun. Aku selalu bertanya-tanya, mengapa hari senin terasa amat berat? Hmm, apakah karena itu hanya pikiran ku saja? Atau karena pikiran orang-orang sekitarku juga selalu berpikir begitu? Ah entahlah, lupakan saja.

Kelas Kimia dimulai tepat setelah upacara selesai. Setelah itu, dilanjutkan dengan kelas agama hingga istirahat pertama selesai dan ditutup oleh kelas PPKN diakhir jam pelajaran Bel pulang berbunyi, saatnya untuk kembali ke rumah masing-masing. Aku dan Lana selalu berjalan sampai gerbang sekolah bersama-sama. Mengingat rumah kami berlawanan arah, itulah sebabnya kami sejujurnya tak menghabiskan banyak waktu bersama kecuali di sekolah dan terkadang beberapa pertemuan dalam sebulan di akhir pekan.

“Bukittt!! Bukitt stopp!!”, panggil salah seorang dari arah belakang kami.

“Ehh, Kinan. Kenapa, Nan??”, tanya ku sedikit terkejut karena tak biasanya Kinan mengejar kami seperti ini.

“Ehh aku minta tolong dong, Kit. Aku ga sempat banget kumpulin absen ini di ruang kepala sekolah. Ojol aku udah di depan nihh. Bisa yaa, Kit?? Bisa yaa.. tolong bangett”, Kinan mengajukan selembar kertas berukuran A4.

“Ehh iyaa, tenang, Nan. Hehe iyaa gapapa, biar aku yang kumpulin.”, jawabku sambil terkekeh. Melihat Kinan yang selalu saja tak bisa menimbang keadaan dengan baik dan alhasil berakhir membuatnya selalu terlihat terburu-buru amatlah lucu.

“Makasihh yaa, Kit. Yaudahh aku deluan yaa..”, tanpa berkata-kata lagi, ia langsung berlari ke arah gerbang sekolah.

“Kit, kamu gapapa sendirian? Ojol aku juga udah hampir sampai nihh.”, kata Lana dengan berat hati.

“Iyaa, Lan. Gapapa, aku sendirian aja.. hati-hati yaa.”, jawab ku lantas melambaikan tangan ke Lana dan segera menuju ke tangga terdekat.

Sejujurnya, dulu aku selalu ga ikhlas kalau disuruh kayak ginian apalagi sama penanggungjawab kelas. Untuk apa penanggungjawab kelas dipilih jika pada akhirnya, yang mengerjakan tugas mereka hanyalah anggota kelas lain. Namun yaa, terkadang orang-orang juga memiliki kesibukan masing-masing yang sekiranya mereka ga ada waktu atau ga sempat lagi untuk melakukan tugas mereka, termasuk juga dengan para penanggungjawab di kelas.

Aku mendorong pintu ruang kepala sekolah dengan hati-hati. Karena tak ada satupun petugas sekolah di ruangan tersebut, maka aku langsung mencari lemari tempat penyimpanan absen dengan bertuliskan kelas ku. Dan yaa jika sudah mendapatkannya, tinggal menaruhnya lalu selesai. Aku keluar dari ruangan kepala sekolah dengan suasana hati yang lebih baik. Entah mengapa ketika ada seseorang yang meminta bantuan ku, aku selalu merasa lega. Hingga..

  • Bagikan